Sebuah pertanyaan yang kerap menggelitik adalah bagaimana bisa sebuah negara miskin dan tertutup seperti Korea Utara bisa membangun atau membuat roket sendiri? Bahkan mereka telah membangun Unha-3 (Galaxy-3) sebuah roket untuk mengangkut satelit ke luar angkasa.
Pertanyaan ini telah lama diungkapkan banyak pihak. Analis Barat percaya Unha-3 adalah tiruan desain Soviet dan Iran. Dimulai dari rudal Taepodong-2 Korea Utara yang mulai berkembang pada 1990-an, tapi yang tidak pernah berhasil diluncurkan.
”Sekutu terdekat Korea yakni China justru tidak ikut campur tangan dalam pembuatan rudal atau roket Korut ini,” kata David Wright, ilmuwan senior dan wakil direktur Persatuan Ilmuwan Peduli Keamanan Global. “Kami tidak melihat tanda-tanda ada hubunga apapun (antara Korut dan China soal roket).”
Tak seorang pun di Barat yang tahu berapa banyak roket terbaru dan mesin yang benar-benar dibangun di dalam Korea Utara. “Tidak jelas apa yang Korea Utara dapatkan dari Soviet,” kata Wright. “Salah satu spekulasi adalah mereka mungkin mendapatkan beberapa peralatan produksi dan peralatan mesin roket. Atau mereka mandiri,” katanya.
Korea Utara telah meluncurkan rudal balistik sejak tahun 1970-an, ketika pertama kali mendapat peluncur Scud-B Soviet dari Mesir sebagai imbalan atas bantuan di tahun 1973 ketika perang Arab-Israel. Korea Utara kemudian membangun salinan Rudal Scud pada 1980-an dan disebut Hwasong-5 dan Hwasong-6.
Pada tahun 1990, Korea Utara telah menghasilkan versi upgrade disebut Nodong, yang memiliki jangkauan lebih panjang dan kapasitas muatan yang lebih besar. Nodong yang sempat dikhawatirkan Barat ketika pada tanggal 4 Juli 2009 Korea Utara menembakkan tujuh dari roket tersebut dari pantai timur.
Berikutnya dibangun roket dua tahap Taepodong-1 yang menggunakan Hwasong di atas Nodong), yang bisa membawa muatan satu ton dan jangkauan 1.500 kilometer.
Pada bulan Agustus 1998, dalam upaya orbital pertama Korea Utara, Taeopodong 1 dengan tambahan tahap ketiga lepas landas dengan satelit kecil yang disebut Kwangmhyongsong-1 (“Bright Star 1”). Peluncuran gagal ketika tahap ketiga tidak menyala. Korea Utara kemudian mulai bekerja pada sebuah rudal penerus, yang disebut Taepodong-2, yang diluncurkan hanya sekali, pada bulan Juli 2006. Rudal meledak 40 detik setelah diluncurkan. Sebuah rudal yang disebut Taepodong-X dikabarkan sudah dibuat tetapi belum diuji. Tetapi sedikit sekali informasi tentang roket ini.
Dengan bobot 91ton, tinggi 100, Unha-3 adalah sedikit versi modifikasi dari Unha-2 yang diluncurkan pada tahun 2009 dan dikecam keras oleh PBB karena menganggap hal itu sebagai uji coba rudal balistik dan segera memperketat sanksi ekonomi terhadap negara itu. Tetapi upaya uji kedua juga berakhir dengan kegagalan ketika tahap ketiga roket gagal untuk menyala dan jatuh ke Samudera Pasifik.
Tahap pertama Unha-3, dengan diameter sekitar delapan meter, tampaknya terbuat dari baja dan beratnya sekitar 60 ton, kata Wright. “Kami cukup yakin mesin tahap pertama adalah desain Soviet yang ditingkatkan versi mesinnya dengan yang digunakan dalam desain Scud-B. Ini membakar minyak tanah dan asam nitrat. Tahap pertama memiliki empat mesin tersebut yang berbagi tangki bahan bakar umum,” katanya
Tahap kedua lebih ramping yang merupakan desain lebih maju. Menurut Wright tahap kedua ini identik dengan rudal balistik Soviet R-27 yang disebut SS-N-6 di Amerika Serikat. Rudal ini merupakan roket yang diluncurkan dari kapal selam. Tahap itu memiliki tiga mesin: mesin utama untuk penggerak dan dua mesin lain lebih kecil untuk kemudi. “Saya ragu mereka tahu bagaimana membangun mesin itu,” kata Wright. Bagian ini menggunakan bahan cair yang terbakar, mudah menguap, dan beracun yang dikenal sebagai UDMH (dimethylhydrazine simetris) dan ferri nitrogen. Soviet pertama kali menggunakan dia SS-N-6 tahun 1968. Korea Utara punya beberapa pada 1990-an dan dimodifikasi mereka untuk digunakan sebagai rudal jarak menengah.
Tahap ketiga tampaknya identik dengan tahap Safir-2 booster buatan Iran. Biasanya oleh Roket ini digunakan iran untuk menempatkan satelit kecil ke orbit pada bulan Februari 2009. Safir-2 menggunakan motor kemudi kecil dari SS-N-6 untuk propulsi, Wright mengatakan.
“Ada bukti kuat bahwa program pengembangan rudal Pyongyang sangat tergantung pada teknologi dan bantuan dari para ahli rudal Rusia, meskipun mungkin tanpa keterlibatan pemerintah Rusia,” tulis Wright dalam analisis di Buletin Atomic Science edisi Maret 2009.
Untuk peluncuran tersebut, Korea Utara untuk pertama kalinya mengumumkan zona pendaratan untuk dua tahap pertama dan mengeluarkan pemberitahuan yang diharapkan lintasan-sesuatu Pyongyang juga telah dilakukan untuk Unha-3. Hal ini juga mengundang pers internasional untuk melihat booster, ruang kontrol, dan 220-pound Kwangmyong-3 satelit yang dirancang untuk mengembalikan data dan gambar dari orbit. Misi ini merupakan bagian dari perayaan peringatan 100 tahun kelahiran pendiri Korea Utara Kim Il Sung.