Koalisi negara-negara Arab di Semenanjung Arab yang dipimpin Arab Saudi, meluncurkan serangan udara di Yaman untuk menargetkan kelompok Houthi yang didukung Iran.
Sesungguhnya perang ini telah memunculkan perubahan drastic di kawasan regional tersebut. Bagaimana sikap Amerika dan Iran serta negara-negara Arab telah memunculkan arah yang berbeda di masa depan dibandingkan dengan strategi yang selama ini diterapkan, khususnya oleh Amerika.
Tiga hal yang membuat serangan koalisi ini penting. Pertama, hal ini menunjukkan strategi regional baru Amerika Serikat dalam operasi. Washington bergerak menjauh dari strategi yang telah dilakukan sejak awal 2000-an – menjadi kekuatan militer utama di daerah konflik – dan menggeser kekuatan lokal menjadi peran skudner.
Kedua, setelah bertahun-tahun membeli persenjataan canggih, Saudi dan negara-negara Gulf Cooperation Council mampu melaksanakan kampanye dengan cukup canggih, setidaknya di Yaman. Kampanye ini dimulai dengan menekan pertahanan udara Houthi yang dieproleh dari pasukan Yaman. Kemudian pindah ke menyerang sistem kontrol komando. Ini berarti bahwa kekuatan regional telah lama mampu menggeser peran tempur yang biasanya diambil alih Amerika. Bahwa mereka bisa melaksanakan suatu misi dengan tanpa keterlibatan Amerika. Artinya, jika pada waktu tertentu mereka harus berperang bersama, maka tak perlu tergantung pada restu Gedung Putih
Ketiga, dan yang paling penting serangan terhadap Houthi semakin membuat pandangan mata mengarah pada konflik Sunni dan Syiah. Di Irak dan Suriah, perang skala penuh sedang berlangsung antara dua kelompok ini. ISIS sebagai kekuatan Sunni dan sekutunya di satu sisi melawan kekuatan Syiah yang didominasi Syiah Irak dan milisi Syiah. Di bagian lain kelompok suku Arab Sunni dan Kurdi Sunni juga membentuk kelompok sendiri yang terpisah dari keduanya. Di Suriah, pertempuran antara pemerintah sekuler Presiden Bashar al Assad – tetap didominasi oleh Syiah dan kelompok Sunni. Meski, Sunni, Druze dan Kristen telah memihak rezim juga. Hal ini tidak masuk akal untuk merujuk pada oposisi Suriah sebagai koalisi karena ada permusuhan internal yang signifikan.
Memang, ada ketegangan tidak hanya antara Syiah dan Sunni, tetapi juga dalam kelompok-kelompok Syiah dan Sunni. Di Yaman, perebutan kekuasaan lokal di antara faksi-faksi telah dicap dan diangkat menjadi konflik sektarian untuk kepentingan para pemain regional. Hal ini jauh lebih kompleks dari sekadar perang Syiah-Sunni. Pada saat yang sama, tidak dapat dipahami tanpa komponen Sunni-Syiah.
Comments are closed.