Sejumlah penerbang tempur TNI AU dari Pangkalan Udara Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur, digembleng di Lereng Gunung Lawu Magetan Jawa Timur untuk melatih kemampuan survival atau bertahan hidup dalam kondisi darurat.
Diskenariokan penerbangan pesawat tempur TNI AU yang diberi misi pengintaian bersenjata (armed reconnaissance) melontarkan diri dari kokpit setelah diserang musuh dan pesawat tempurnya rusak setelah ditembak musuh.
Sebagai upaya untuk menyelamatkan diri dan agar tetap bertahan hidup, maka penerbang tempur TNI AU berupaya mempertahankan hidup yang disebut SERE (Survival, Evation, Resistance, Escape), sebut keterangan tertulis Dinas Penerangan TNI AU.
Teknik dan prosedur SERE ini, harus dikuasai penerbang tempur sampai bantuan datang.
Dalam skenarionya ada dua tahap yang harus dihadapi para peserta SERE ini, yaitu survival di laut (sea survival), di Telaga Sarangan dan survival hutan (jungle survival) dimana para peserta survival dihadapkan persoalan-persoalan yang tidak mudah.
Mereka, harus bekerjasama memecahkan permasalahan, mulai dari hambatan pagar kawat, tebing curam dan rasa lapar karena kehilangan bahan makanan yang berada di survival pack, maka mengharuskan membuat jebakan untuk menangkap satwa liar untuk dimakan.
Dalam siaran persnya TNI AU mengatakan dalam latihan SERE selama tiga hari diikuti 30 personel, terdiri para penerbang tempur dan awak darat, yang semuanya didukung Batalion Pasukan 463 Paskhas.
Sesuai doktrin operasi udara TNI AU, pasukan yang datang menyelamatkan pilot tempur itu adalah pasukan yang berkualifikasi SAR Tempur. Korps Pasukan Khas TNI AU mempunyai kualifikasi itu, selain menjadi salah satu tugas pokok mereka.