Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO akan tetap melanjutkan operasi di Laut Hitam meskipun hal itu bisa meningkatkan ketegangan dengan Rusia.”NATO akan terus beroperasi secara bebas di Laut Hitam yang merupakan perairan internasional,” kata mantan Panglima Tertinggi Sekutu NATO James Stavridis mengatakan kepada Sputnik Senin 16 Maret 2015.
“Saya Ragu akan ada konflik terbuka antara NATO dan Rusia di wilayah itu tapi ini memang mirip era perang dingin yang penuh dengan maneuver dan saling mengawasi.”
Setelah bergabungnya Crimea dengan Rusia tahun lalu, NATO dan Rusia telah meningkatkan kehadirannya di Laut Hitam. “Tetapi tidak ada yang ingin tersandung mundur ke Perang Dingin baru,” sebut Laksamana Stavridis. “Mudah-mudahan diplomasi akan menang.”
Dalam kesaksian kepada Kongres AS pada akhir Februari, Panglima Tertinggi Sekutu NATO Philip Breedlove mengatakan akan tetap hadir secara konstan di Laut Hitam. Hal ini sebagai respons penempatan sistem rudal dari anti-kapal dan anti-pesawat Rusia di pangkalan militer di Crimea.
Pejabat Rusia mengatakan kehadiran kapal militer AS dan NATO di Laut Hitam tidak sejalan denganresolusi damai untuk konflik Ukraina. Meningkatkan kehadiran militer dekat dengan zona konflik regional sebagai manuver yang sangat berbahaya yang dapat menyebabkan konsekuensi tidak menyenangkan.
NATO meningkatkan kehadiran militer dekat perbatasan Rusia sejak Crimea bersatu e
dengan Rusia Maret 2014. Pada bulan Januari, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengumumkan rencana untuk meningkatkan kehadiran militer di Eropa Timur, juga meningkatkan meningkatkan jumlah kapal perang di Laut Hitam.