Keluar dengan enjectionseat atau kursi pelontar bagi pilot pesawat tempur dalam kondisi darurat bukanlah tindakan pengecut. Bahkan sesuai dengan standar penerbangan militer. Tetapi kadangkala pilot memilih untuk mengambil risiko besar dengan tetap mendaratkan pesawatnya yang rusak. Tentu dengan pertimbangan tinggi.
Salah satu pilot yang berani mengambil risiko itu adalah Kapten William Mahoney yang dengan keberanian dan ketenangan tinggi berhasil mendaratkan AV-8B Harrier yang dia piloti di dek USS Bataan dengan roda depan tidak keluar. Atas keberhasilannya, pilot Marinir AS itu pada Februari 2015 lalu dia mendapatkan penghargaan Air Medal Korps Marinir.
Dikisahkan suatu hari di Juni 2014 lepas landas dari dek penerbangan USS Bataan untuk sebuah penerbangan rutin. Sesaat setelah lepas landas dia segera menyadari landing gear depan pesawat AV-8B Harrier yang bisa lepas landas dan mendarat secara vertical yang dia piloti macet. Dalam kondisi ini hanya ada dua pilihan. Mendarat di laut atau dengan risiko tinggi tetap mendarat seperti biasa.Mahoney memilih opsi kedua. Dan atas pilihannya itu dia baru-baru ini dianugerahi Air Medal Korps Marinir.
Mahoney dibantu kru di dek kemudian melakukan pendaratan dengan menempatkan cradle kecelakaan berupa sebuah bangku dengan tinggi yang tepat dari hidung Harrier. Menggunakan cradle, pilot perlahan bisa turun ke geladak kapal dengan syarat harus secara tepat menempatkan di bangku yang disediakan.
“Untuk pendaratan ini saya mulai mengamil langkah secara bertahap untuk memastikan saya selaras dan stabil sebelum saya mendarat di 20 meter sehingga saya memiliki kesempatan terbaik untuk benar-benar menempatkan hidung di bangku,” kata Mahoney.
Komandan dari MEU ke-22, Kolonel William Dunn, memuji Mahoney atas perbuatannya. “Dalam dunia pesawat kursi ejeksi, tidak selalu pilihan pertama untuk membawa pesawat kembali setelah sesuatu seperti ini dan risiko pilot, tapi ini luar biasa,” kata Dunn. “Kerusakan Pesawat sangat minim, dan pesawat terbang yang melakukan misi pada akhir penyebaran itu. Kapten. Mahoney melakukan pekerjaan yang fenomenal.”
Pada awal Februari 2015 lalu Angkatan Udara Amerika juga merilis sebuah foto menakjubkan. Yakni sebuah F-16C yang satu sayapnya hancur. Tetapi pesawat itu bisa mendarat dengan selamat.
Pesawat tersebut rusak karena tabrakan di udara ketika terbang di atas Kansas pada bulan Oktober 2014 lalu. pilot F-16C ini berhasil terbang itu 100 mil setelah setengah sayap yang untuk kemudian melakukan pendaratan. Pesawat sedang melakukan simulasi pertempuran udara pada 20 Oktober ketika pilot siswa bertabrakan dengan pesawat F-16 lain yang berperan sebagai musuh.
Sementara dalam kejadian itu satu F-16 yang menyamar sebagai musuh jatuh. Namun pilot selamat setelah bisa keluar dari pesawat dengan tepat waktu. Sementara pilot siswa dengan kemampuannya berhasil menjaga kontrol pesawat untuk kemudian mendarat dengan selamat di National Guard Tulsa Air Base.
Dalam kasus yang hampir sama, sebuah jet tempur F-15 juga pernah membuat pendaratan dramatis.
Peristiwa terkenal itu terjadi pada tahun 1983, di langit Nahal Tzin di gurun Negev, Israel saat simulasi tempur antara dua F-15D Angkatan Udara Israel dan empat A-4NS. Tiba-tiba salah satu F-15D dengan nomor 957 yang dipiloti Zivi Nedivi (seorang pilot baru) bertabrakan di udara dengan salah satu Skyhawks.
Zivi merasakan sentakan besar dan melihat bola api besar yang disebabkan oleh ledakan A-4, diikuti oleh komunikasi radio yang mengabarkan pilot Skyhawk berhasil keluar dari pesawat. Dia menyadari bahwa F-15 rusak parah saat pesawat jatuh spiral dengan sangat cepat setelah kebocoran bahan bakar besar dari sayap kanan.
Setelah mendapatkan kembali kontrol pesawat Nedivi diperintahkan untuk keluar dari pesawat. Tetapi dia menolak perintah itu karena ia yakin bisa mendaratkan pesawat di lapangan udara terdekat yang berjarak 10 mil jauhnya.
Begitu tiba di pangkalan udara, ia menurunkan hook ekor, mendarat dengan kecepatan sekitar 260 knot yang berarti dua kali dari kecepatan yang direkomendasikan dalam standar mendarat. Dia berhasil menghentikan pesawat sekitar 10 meter sebelum menabrak Safeland Airfield Arrester Barrier. Seperti diceritakan oleh Easley, setelah ia berbalik untuk berjabat tangan instrukturnya, Zivi menemukan bahwa ia telah terbang dan mendarat tanpa sayap!
Kejadian itupun dilaporkan ke McDonnell Douglas produsen pesawat itu yang menegaskan tidak mungkin F-15 bisa mendarat hanya dengan satu sayap. Tetapi setelah mereka menerima foto dari Eagle terbang tanpa sayap satu, mereka mengatakan berhasilnya pesawat itu tetap terbang hingga mendarat berkat lift yang dihasilkan oleh kedua intake mesin dan badan pesawat nya. Namun sekali lagi membuktikan kekuatan yang luar biasa. Setelah dua bulan Eagle menerima sayap baru dan kembali terbang.