2 Tahun Berhenti, US Navy Tergoda Beli Super Hornet Lagi

2 Tahun Berhenti, US Navy Tergoda Beli Super Hornet Lagi

150119-N-ZF498-033Pada tahun 2013, untuk kali pertama sejak tahun 1970-an Angkatan Laut Amerika (US Navy) memutuskan untuk tidak lagi memberi pesawat tempur F/A-18 Super Hornet. Tetapi baru dua tahun, kini US Navy tergoda untuk membeli lagi jet tempur buatan Boeing tersebut.

Pengadaan F / A-18 E dan F Super Hornet berakhir pada tahun 2013, dan yang terakhir dari 138 EA-18G Growler ada dalam anggaran 2014. Tetapi Kongres kemudian masih menambahkan anggaran untuk pengadaan 15 unit Growler yang menjadikan jalur produksi Boeing St Louis masih bisa bernapas lebih panjang setidaknya hingga 2017.

Namun sekarang, situasi Angkatan Laut sepertinya sedang dalam situasi kritis pesawat. Apalagi F-35C yang diharapkan akan menggantikan Hornet masih dibelenggu sejumlah masalah. Belum lagi pemotongan anggaran yang masih terjadi sehingga bisa mengancam rencana pengadaan pesawat F-35C yang dikenal super mahal tersebut.

Dan tampaknya sangat mungkin bahwa ketika daftar permintaan anggaran yang disampaikan kepada Kongres pada pertengahan Maret ini US Navy akan mencantumkan kembali permintaan untuk membeli Super Hornet.

“Kami kekurangan Super Hornets,” Adm. Jon Greenert, kepala operasi angkatan laut, mengatakan kepada Kongres pada 4 Maret 2015 lalu seperti dikutip Defense News.

Kekurangan pesawat bukan situasi yang baru – hal ini telah berkembang selama bertahun-tahun. Tapi dalam beberapa pekan terakhir, sumber mengatakan, situasinya sudah sangat mendesak sehingga harus ada pembelian pesawat baru sebagai bagian dari solusi secara keseluruhan.

Situasi buruk itu secara sederhana  bisa digambarkan sebagai berikut:

  • Armada ini memiliki sekitar 600 F / A-18C Hornet yang merupakan versi tua dari super Hornet – dalam persediaan saat ini. Dari jumlah itu lebih dari setengah dijadwalkan akan digantikan oleh 340 F-35C. Sementara sekitar 300 dari F/A-18C berada di luar layanan.
  • Keterbatasan anggaran dan isu-isu pengembangan perangkat lunak telah mendorong pengadaan F-35C ke situasi yang tidak pasti dan tertunda beberapa tahun . F-35C pertama tidak dijadwalkan untuk mencapai kemampuan operasional awal hingga 2018. Dengan laju produksi penuh 20 pesawat pe tahun maka jelas tidak mungkin target 2020 penggati Hornet tiba tidak bisa terpenuhi.
  • Peningkatan tempo operasi yang tinggi khususnya operasi tempur melawan ISIS di Irak dan Suriah yang membutuhkan jam terbang sangat tinggi.
  • Dengan situasi seperti ini maka Hornet  mau tidak mau harus terbang lagi. Sementara mereka sudah mencapai hingga umur 6.000 jam terbang, Angkatan Laut membutuhkan program untuk memperpanjang usia setidaknya terhadap150 pesawat agar bisa terbang hingga 10.000 jam.Dengan sedikit F / A-18C terbang maka varian E dan F Super Hornets juga harus digenjot penggunaannya ke tingkat lebih tinggi di luar yang direncanakan.
  • Pengurangan anggaran dalam beberapa tahun terakhir berkurang untuk pemeliharaan, menciptakan sesuatu dari backlog itu, tahun lalu, mencapai 65 F / A-18C. Teknisi menemukan tingkat korosi pesawat yang jauh lebih tinggi, menyebabkan pertumbuhan jumlah pesawat yang membutuhkan perbaikan juga semakin banyak. Meski kemudian Angkatan Laut telah memulihkan dana perbaikan, jumlah pesawat yang harus ditangani telah berkembang backlog telah berkembang 65-100 pesawat, dan layanan sedang berjuang untuk mempekerjakan tenaga kerja yang lebih terampil untuk bekerja di pesawat.
  • Pertumbuhan backlog 35 pesawat selama tahun lalu menyebabkan Greenert memperkirakan kebutuhan dua atau tiga skuadron jet tempur  baru untuk menutup kesenjangan ini. F / A-18 E dan F Super Hornet akan membentuk skuadron dengan 12 esawat, sementara 18C terbang dalam skuadron dengan 10 pesawat. Dua skuadron pesawat baru bekerja dengan 24 pesawat, sehingga 36 untuk tiga skuadron.
  • Dengan asumsi armada udara terus terbang di sekitar 330 jam setahun per pesawat maka Angkatan Laut pada 2020-2035, harus membeli sekitar 30 hingga 39 pesawat per tahun untuk menggantikan pesawat tua.
  • Faktor lainnya, adalah Program mereparasi Super Hornet paruh baya yang harus dilakukan satu decade dari sekarang. Setidaknya 563 Super Hornet harus digenjot untuk bisa tambah usia ke 9.000 jam terbag.

Beberapa pengamat melihat upaya Angkatan Laut untuk terus membeli Boeing F / A-18 sebagai indikasi layanan ini ragu pada F-35.