NATO- Rusia Saling Tuduh Soal Latihan Militer

NATO- Rusia Saling Tuduh Soal Latihan Militer

rusia nuklir

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia saling tuduh soal latihan militer. Aliansi menuduh Rusia melakukan latihan nuklir besar-besaran, sementara Rusia menilai latihan militer AS dan Ukraina sebagai ancaman serius terhadap keamanan mereka.

Wakil Sekretaris Jendral NATO Alexander Vershbow menuduh Rusia melakukan latihan militer berskala besar, dan bahkan memasukan ‘komponen nuklir’ dalam latihan militer biasa mereka. Tuduhan tersebut disangkal oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, Kamis 05 Maret 2015.

“Rusia melakukan latihan militer berskala besar, bahkan melibatkan komponen nuklir dalam latihan senjata biasa. Kami juga mendengar Rusia dianggap melakukan penerbangan militer mendekati wilayah perbatasan negara-negara NATO. Semua tuduhan tersebut sungguh tak berdasar, dan kami sudah berulang kali membuktikan hal ini pada mitra asing kami,” kata Alexander Vershbow di Doha, Qatar, terkait kontrol senjata, pelucutan senjata dan nonproliferasi, dan asumsi adanya penggunaan senjata pemusnah massal pada konflik Ukraina pada 2 Maret 2015.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan Vershbow berusaha menakut-nakuti dunia dengan senjata nuklir Rusia. “AS memiliki senjata nuklir yang disimpan di Eropa dan prajurit NATO dilatih untuk menggunakan senjata tersebut. Latihan terbaru mereka, Steadfast Noon, dilakukan pada musim gugur lalu di Italia,” demikian pernyataan kementerian Luar Negeri Rusia.

Di bagian lain Kementerian juga menyatakan latihan militer AS-Ukraina di Lviv, Ukraina barat, mengancam keamanan nasional Rusia. Sebuah tender yang dipublikasikan pada Rabu (4/3) di situs resmi pemerintah AS menyatakan bahwa tentara AS berencana melakukan latihan militer gabungan dengan personel militer Ukraina antara 5 Maret-31 Oktober di International Peacekeeping and Security Centre (IPSC) di Yavorov, Lviv, Ukraina bagian barat.

“Jadi dapat dikatakan saat ini militer AS sudah berada di Ukraina. Ini adalah bukti bahwa mereka tak mau menyelesaikan konflik Ukraina secara damai,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Alexander Lukashevich.

Sang diplomat menegaskan bahwa pemerintah Kiev dan seluruh warga Ukraina harus memikirkan konsekuensi dari langkah ini.

“Kita tak bisa memadamkan api perang sipil menggunakan senjata. Konflik ini hanya bisa diselesaikan melalui dialog politis antara pihak-pihak yang terlibat,” tambahnya sebagaimana dikutip RBTH dari TASS.

1 Comment

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Comments are closed