Amerika Serikat mengatakan bahwa program nuklir Korea Utara yang terus meningkat dalam hal jangkauan dan ketepatan rudal menjadi perhatian besar. Hal in menjadikan AS tidak bisa tidur dan harus memberi perhatian besar kepada negara tersebut.
Misi AS untuk Organisasi Internasional di Wina, rumah bagi Organisasi Energi Atom Internasional PBB, mengatakan restart reaktor nuklir grafit Korea Utara bisa memungkinkan untuk menghasilkan plutonium untuk senjata tambahan dalam waktu dekat.”Kegiatan ini merupakan pelanggaran yang jelas dari beberapa resolusi (UN) dan harus segera dihentikan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Di Washington, Jenderal Vincent Brooks, komandan Angkatan Darat AS di Pasifik, mengatakan Amerika Serikat telah mendeteksi “peningkatan militerisasi” program nuklir Korea Utara.
Dia mengatakan, peningkatan jangkauan dan ketepatan rudal Korea Utara adalah “perhatian besar” dan mewakili ancaman fisik untuk wilayah AS. Dia menekankan perlunya untuk melakukan latihan militer dengan Korea Selatan, yang telah memicu semakin memanas retorika Korea Utara dalam beberapa hari terakhir.
Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Su mengatakan negaranya memiliki kekuatan untuk mencegah ancaman nuklir Amerika Serikat dengan serangan pre-emptive.
Ri mengatakan latihan militer yang digelar oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat adalah tindakan provokatif dan bisa memicu perang.
Korea Utara menembakkan dua rudal jarak pendek di lepas pantai timurnya pada hari Senin (02/03/2015) sebagai respon terhadap latihan, yang Pyongyang secara rutin mengecam sebagai persiapan untuk perang.
Brooks mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada hari Rabu bahwa demonstrasi Korea Utara menunjukan peningkatan kemampuan negara tersebut dan menekankan perlunya negara-negara untuk bekerja sama dalam pertahanan rudal.