
Serangan ini terjadi di Irak pada 16 Februari 2001 dan menjadi salah satu misi tempur terbesar yang dilakukan oleh AS dan pesawat Inggris Selama Operation Southern Watch.
Setelah berakhirnya Perang Teluk pada tahun 1991, untuk menegakkan zona larangan terbang atau pada bulan September untuk mempersempit wilayah udara Irak. Ada dua operasi berbeda yang digelar yakni Northen Watch yang dimulai pada tahun 1997 untuk memantau wilayah udara di atas paralel ke-36, dan Southern Watch mulai tahun 1992, untuk mengendalikan wilayah udara selatan paralel ke-32 yang diperluas ke paralel ke-33 pada tahun 1996.
Irak segera memutuskan untuk melawan zona larangan terbang tersebut dan sistem pertahanan udara Irak mulai menyerang pesawat yang ada di utara dan selatan meskipun situs SAM (Surface to Air Missile) lebih aktif terhadap kekuatan Selatan. Banyak pelanggaran zona terbang sejak tahun 1992. Jet tempur Irak menyeberangi ada zona terbang beberapa kali. Namun ancaman utama bagi pesawat sekutu datang dari SAM dan baterai artileri anti-pesawat Irak. Jet tempur AS dan Inggris pun menjadikan situs-situs pertahanan udara sebagai sasaran. Seperti yang dilakukan selama Operasi Desert Fox pada tahun 1998 dan serangan besar-besaran dilakukan pasukan gabungan pada 16 Februari 2001.

Seperti Dijelaskan oleh sejarawan Korps Marinir AS Fred Allison to Giampaolo Agostinelli dalam bukunya “Where Sea Meets The Sky” sekitar 70 pesawat terlibat dalam serangan udara waktu itu. Seperempat dari pesawat tersebut merilis senjatanya. Jet-jet tempur yang terlibat antara lain F-15E Strike Eagles AS, Tornado GR1 Royal Air Force dari pangkalan di Kuwait, dengan empat belas F / A-18 Angkatan Laut AS yang diberangkatkan dari kapal induk USS Truman (CVN-75).
Serangan didukung E-2CS dalam peran AWACS, S-3B dan KC-10 untuk pengisian bahan bakar di udara dan EA-6B untuk peperangan elektronik. Pendamping untuk pasukan tempur disediakan oleh F-14B Tomcat VF-32 Swordsmen dan F-15C Eagle USAF.
Beberapa target yang terdiri dalam radar, pusat komunikasi dan pusat komando di utara Baghdad menjadi bagian Hornet untuk menghancurkan. Dengan tangki eksternal, 200 butir amunisi 20 mm dikombinasikan dengan rudal udara AIM-120 dan AIM-9 dan dua jenis tiga AGM-154.
Misi ini diluncurkan setelah matahari terbenam dan Hornets mengisi bahan bakar dari dari KC-10 tanker di atas Kuwait. F / A-18 adalah pesawat terakhir yang mencapai target mereka atas Baghdad sehingga pasukan Irak sudah lebih siap karena sebelumnya telah ada serangan. Pangkalan udara Al-Taji mereka hantam.
Dari ketinggian 36.000 kaki Hornet mendapat serangan SAM. Mereka segera melakukan afterburner untuk meluncur ke bawah agar pilot bisa bermanuver lebih efektif terhadap permukaan rudal udara. Apalagi Hornet diberitahu MiG-23 Flogger Irak lepas landas dari Al-Taqaddum untuk mencegat mereka. Tomcat datang mengadang Floger yang kemudian lolos ke arah utara.
Kemudian dengan afterburner Hornets menghindari SAM Irak terakhir dan mencapai tanker di perbatasan Kuwait. Tiba-tiba di radio mereka mendengar Tornado telah berhasil menghancurkan SA-6. Tiga detik kemudian suara lain melalui radio mengatakan “Magnum”: a VAQ-130 (Skuadron Perang Electronic 130) EA-6B Zappers menghancurkan situs Irak SAM.
Hornet pun mengakhiri misi kembali ke Kapal Induk USS Truman. Misi berlangsung sekitar empat jam dan mencapai tujuan.
Sumber: The Aviationist