Ada Rusia di Balik Kisruh India-Rafale?
Rafale

Ada Rusia di Balik Kisruh India-Rafale?

Produksi Rafale
Produksi Rafale

Rusia kemungkinan akan mendapatkan rezeki nomplok dari kegagalan India meneruskan kontrak pengadaan 126 jet tempur Rafale senilai 20 miliar dollar AS. Pertanyaannya apakah memang Rusia justru ada di balik kegagalan tersebut?

Setelah tiga tahun dalam ketidakjelasan surat kabar India Business Standard, Senin (16/02/2015) melaporkan bahwa pada hakikatnya kontrak dengan Dassault sudah mati.

Moskow yang mengajukan Su-35 kalah pada kontrak pada tahun 2012, ketika India memilih Rafale.

Dengan ketegangan tinggi antara Rusia dan Perancis menyusul keputusan Paris tahun lalu untuk menunda pengiriman dua kapal perang Mistral karena alasan konflik di Ukraina, sejumlah analisis menduga memang ada peran Rusia dalam kematian kesepakatan antara India dan Prancis ini.

“Jelas, Rusia bekerja untuk membunuh kontrak Prancis dan Mereka [menyerang] dari segala arah,” Ruslan Pukhov, Direktur Pusat Analisis Strategi dan Teknologi yang berbasis Moskow dan merupakan thing thank industri pertahanan, Kepada The Moskow Times melalui telepon, Senin.

Tapi Petr Topychkanov, seorang ahli militer di Carnegie Moscow Center, mengatakan, meski Rusia mungkin memang mempengaruhi India “Itu tidak berarti itu Rusia otomatis akan mendapatkan kesepakatan. Seperti diketahui Amerika Serikat juga agresif menargetkan pasar India.”

Kementerian Pertahanan India Mengumumkan lelang $ 10000000000 untuk jet tempur asing 126 pada tahun 2007. Salah satu tender pesawat terbesar dalam sejarah ini tentu saja menarik perhatian banyak produsen. Selain Sukhoi dan Dassault, ikut dalam tender raksasa AS Boeing yang menawarkan F/A-18 Super Hornet dan Lockheed Martin dengan F-16 serta Eurofigter Typhoon.

Pada tahun 2012, Dassault dinyatakan sebagai pemenang dengan kesepakatan hanya 18 unit yang diproduksi di Prancis dan sisanya dibuat di India dengan lisensi oleh

Hindustan Aeronautics Limited (HAL). Hal ini yang kemudian memunculkan ketidaksepakatan dengan Dassault.

Selama tiga tahun negosiasi, nilai kontrak membengkak hingga 20 miliar. “Membatalkan deal dengan Prancis akan menjadi langkah berikutnya yang masuk akal,” kata Topychkanov,

“[Dassault] belum Menunjukkan kemajuan, dan bagi India kesepakatan ini sangat penting untuk inovasi industri kedirgantaraan mereka  mereka tidak bisa menunggu selama bertahun-tahun untuk mendapatkan pesawat tempur baru.”

1 Comment

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Comments are closed