Setelah 40 tahun berakhirnya Perang Vietnam, bom-bom yang dijatuhkan Amerika di sejumlah tempat kini justru menjadi perhiasan mahal. Logam sisa bom tersebut dibuat gelang rumit bertahtakan berlian, liontin perunggu, kalung dan sebagainya. Perhiasan dari alat mematikan itu dipamerkan di sela-sela New York Fashion Week. Harga per item pun bisa mencapai ribuan dollar AS.
Seperti ditulis gmanetwork.com Sabtu (13/02/2015), perhiasan tersebut dibuat perajin di Laos yang melebur pecahan peluru meriam di tempat kerja yang sangat sederhana. Perhiasan-perhiasan itu didistribusikan oleh Article 22. Semula hanya dijual di Brooklyn dan saat ini sudah dijual di hampir 40 negara.
Perhiasan itu juga ditulisi dengan berbagai kalimat seperti “Love is bom” dan “Dropped+ made in Laos” dan lainnya diukir pada logam itu, dan menjadi istilah modern baru dimana “bom” berarti “hebat”, bukan hanya senjata mematikan dalam perang.
“Kami ingin perhiasan ini menjadi sesuatu yang berbicara,” kata Elizabeth Suda, pendiri Article 22. Nama lembaga sama dengan deklarasi hak asasi manusia.
“Ketika anda melihat seseorang mengenakan sebuah bom, anda akan bertanya, ada apa ini? Kenapa? Dengan cara yang sangat harfiah, perhiasan ini menceritakan sesuatu,” katanya.
Article 22 menyebut perhiasan tersebut sebagai “Peacebomb” dan sebagai penanda meningkatnya pamor, beberapa produk dipilih untuk dipamerkan di gerai yang dioperasikan oleh butik trendi The Curve disela-sela Pekan Mode.
Diakui oleh aktris-aktris Amerika seperti Zoe Kravitz dan Olivia Wilde, perhiasan tersebut cukup menarik,
Sejak didirikan pada 2010, Article 22 mengatakan telah dibayar untuk membersihkan ranjau pada areal seluas 700 ribu mil persegi (65 ribu meter persegi) di Laos, negara yang paling banyak dijatuhi bom di bumi ini.
Dari puluhan ribu bom yang dijatuhkan pada periode 1964-1973 banyak diantaranya yang tidak meledak, sehingga menyisakan sekitar 80 juta bom berukuran bola tenis yang telah menewaskan ribuan penduduk desa dan anak-anak.
Di kawasan dataran tinggi provinsi Xieng Khuang, perajin di desa Ban Naphia kemudian melebur potongan-potongan sisa artileri menjadi cairan kental berkilau yang tadinya hanya mereka ubah menjadi sendok.
“Mereka sanggup mengambil sesuatu yang begitu negatif dan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif dan berguna, dan itu bisa menambah pendapatan,” kata Suda.
“Ini adalah jalan bagi mereka memperoleh kembali tanah mereka dan tempat mereka di dunia,” katanya. Setelah menemukan hasil kerja penduduk desa itu, ia mendapat ide membuat gelang untuk diekspor dengan harga empat kali harga lokal.
Selama masa-masa pendampingan, mereka memperbaiki dan mendiversifikasi desain mereka menjadi koleksi lengkap gelang, kalung dan liontin.
Perhiasan yang dibuat dari bom-bom di Ban Nephia saat ini dijual di 39 negara melalui 150 pengecer berbeda. “Orang sangat menyukai produk tersebut karena mereka unik dan tidak bisa ditemukan dimana-mana. Perhiasan itu juga membuat mereka menjadi penyampai cerita juga,” kata rekan bisnis Suda yang merupakan mantan bankir, Camille Hautefort.
Comments are closed