Dua jet tempur Amerika yakni F-22 Raptor dan F-16CJ mendampingi jet tempur Jordania ketika menyerang target ISIS dalam beberapa hari terakhir. Apa peran mereka?
Pekan lalu Pentagon memberikan beberapa rincian tentang dukungan Amerika terhadap serangan udara Yordania di Suriah untuk membalas dendam atas eksekusi mati pilot mereka oleh ISIS.
Menurut Air Force Times, Central Command CAOC (Combined Air Operations Center) yang menugaskan sejumlah F-22 Raptor dan F-16CJ, dengan sejumlah pesawat tanpa awak yang tidak disebutkan. Mereka menyediakan pengumpulan dan pengawasan intelijen untuk mengawal pesawat Jordania yang menyerang target ISIS.
Berita itu kembali menempatkan sorotan pada Raptor yang menunjukkan pesawat siluman tersebut masih terlibat langsung dalam kampanye anti ISIS di Suriah dan Irak. Pesawat ini menjadi pembicaraan ketika menjadi pesawat pembuka serangan ke ISIS yang mengambil kode Operasi Resolve Inherent tersebut.

Yang lebih menarik adalah mencoba untuk menebak peran apa yang dimainkan oleh para Raptor dalam serangan udara yang digeber oleh Jordania tersebut. Yang pertama pasti karena kemampuan F-22 sebagai pesawat tempur superioritas udara terbaik saat ini yang sangat sulit dijatuhkan.
Seperti ditulis David Cenciotti di The Aviationist sedangkakn F-16CJ dikenal sebagai spesialis SEAD (Suppression of Enemy Air Defenses) yang menekan sistem pertahanan udara lawan. Dalam serangan itu EA-6B Prowlers dan EA-18G Growlers juga tampil untuk perang elektronik dan mengurus sisa pertahanan udara. F-22 Raptor kemungkinan mungkin digunakan untuk menyediakan apa yang disebut “forward target identification”. Dengan kemampuan silumannya, Raptor akan mampu mendekat ke target untuk diidentifikasi, mengumpulkan rincian tentang sistem musuh dengan mereka sangat canggih kemudian membagi gambar dan hasil identifikasi melalui pesawat kontrol dan komando (AWACS). Tugas selanjutnya adalah pesawat tempur Jordania yang bergerak untuk menghancurkan target.
Sebenarnya, Raptor ini juga bisa menyerang target mereka sendiri dengan JDAM jika diperlukan. F-22 dapat membawa dua 1.000-lb GBU-32 Joint Direct Attack Munitions atau 8 GBU-39 bom berdiameter kecil, 250-lb serbaguna, tidak sensitif, penetrasi, blast- fragmentasi hulu ledak untuk target stasioner, bersama dengan AIM-120 AMRAAM(Advanced Medium Range Air-to-Air Missiles) dan rudal AIM-9 Sidewinder dipandu infra merah.
Namun, dalam skenario modern serta di Suriah dan Irak, pesawat generasi ke-5 lebih menjadi andalan dalam menggempur target karena kemampuan interceptor murni dan peperangna elektronik dan sensor yang kaya. Dan yang pasti lebih irit.
Comments are closed