
Pesawat serang A-10 Angkatan Udara Ameriak ternyata menjadi pesawat paling membunuh kepada teman sendiri menurut data diklasifikasikan dan diperoleh USA TODAY, Kamis (05/02/2015).
Pesawat dukungan serangan udara jarak dekat tersebut telah terlibat dalam pertempuran hidup mati apakah akan dipertahankan atau dipensiun. Jika Angkatan Udara meminta mendesak pensiun sebaliknya Kongres ngotot pesawat itu dipertahankan.
Rabu (04/02/2015), Ashton Carter, calon Menteri Pertahanan saat fit and proper test di Kongres pun harus menghadapi pertanyaan tentang bagaimana sikapnya terhadap A-10 Warthog tersebut.
A-10 bisa menyerang dengan sangat ganas pada musuh dengan terbang rendah dan pelan. Senjata utamanya adalah meriam 30mm yang memiliki 3.900 putaran per menit. Tetapi ternyata sejak tahun 2001, A-10 telah terlibat dalam empat kasus penembakan yang menewaskan 10 tentara AS. Jumlah ini tertinggi di atas bomber B-1B, yang menewaskan lima tentara tahun lalu dalam sebuah insiden. Total ada 45 insiden penembakan salah sasaran dari sekitar 140.000 misi diterbangkan oleh Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Marinir.
A-10 juga pesawat yang bertanggung jawab atas kematian sipil paling banyak di Afghanistan sejak 2010. Sebanyak 35 warga sipil tewas. Lebih tinggi dibandingkan Harrier yang mengakibatkan 19 orang tak bersalah menjadi korban.
Angkatan Udara ingin menghapuskan A-10 pada 2019, namun pilot masih menggunakannya. Sejak bulan Agustus, telah diterbangkan 14% dari misi melawan militan ISIS.
Tapi data yang ada menunjukkan ketika pertempuran Kobani, kata seorang pejabat senior Angkatan Udara, setelah berbulan-bulan serangan udara, peran lebih besar diambil B-1 dan mengalahkan A-10.
Angkatan Udara ingin pensiun A-10 dan mengghemat 4,2 miliar Dollar AS selama lima tahun. Sementara kru bisa dialihkan ke F-35.” A-10 telah bekerja selama lebih dari 40 tahun,” kata Letnan Kolonel Chris Karns, seorang juru bicara Angkatan Udara. “Sementara A-10 dan penerbang yang memiliki sejarah panjang dan membanggakan, realitas fiskal dan penghematan biaya yang signifikan yang terkait dengan A-10 divestasi yang mengakibatkan keputusan sulit.”
Comments are closed