
Militer Amerika Serikat memindahkan pesawat dan tentaranya ke Irak utara untuk meningkatkan kemampuan penyelamatan pilot, setelah penerbang Jordania ditangkap dan dibunuh oleh ISIS. Perpindahan ini sesuai permintaan Uni Emirat Arab yang memutuskan untuk menarik seluruh jet tempur mereka dari misi tersebut dan berjanji akan masuk kembali jika AS menempatkan pesawat di Irak Utara.
“Kami memindahkan beberapa peralatan kami ke wilayah utara Irak,” kata pejabat pertahanan AS kepada AFP Kamis (05/02/2015). Perpindahan tersebut untuk mempercepat penyelamatan pilot, yang pesawatnya terjatuh di wilayah kekuasaan ISIS, kata pejabat pemerintah.
Pasukan pencari dan penyelamat sebelumnya ditempatkan di Kuwait, namun pejabat pemerintah mengatakan, militer meninjau kembali, dengan keharusan perangkat keras dan lunak khususnya ditempatkan setelah pilot Jordania ditangkap.
Pesawat-pesawat F-16 dan F-22 mengamankan serangan jet-jet tempur Jordania ke wilayah ISIS, sembari AS mengisi ulang tanki bahan bakar dan mengerahkan pesawat pengintai, kata sumber pemerintah.
Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA), yang khawatir akan keselamatan para pilotnya, dilaporkan juga meningkatkan sumber daya pencari dan penyelamatnya bersamaan dengan AS, dan menempatkan beberapa pesawat militer berbaling-baling V-22 Osprey ke utara Irak.
Pengerahan Osprey, yang lepas landas seperti helikopter namun beroperasi seperti pesawat terbang, sebelumnya tidak terlalu disetujui oleh pejabat militer AS yang menyarankan untuk melibatkan helikopter dalam proses pencarian dan penyelamatan.
UAE menarik diri dari operasi serangan udara pada Desember, sesaat setelah pilot Yordania, yang pesawat tempur F-16-nya jatuh di selatan Suriah, ditangkap dan akhirnya dibunuh oleh IS. Namun, menurut New York Times, negara tersebut memutuskan untuk kembali berpartisipasi dalam serangan udara setelah pesawat Osprey-nya dipindahkan ke utara Irak.