Lapan Kembangkan Drone N219, Thailand Sudah Pesan
ilustrasi

Lapan Kembangkan Drone N219, Thailand Sudah Pesan

Salah satu drone buatan Lapan
Salah satu drone buatan Lapan

SEMARANG: Indonesia melalui Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) tengah mengembangkan “drone” untuk mengawasi perairan Indonesia. Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof M. Nasir menyebutkan saat ini drone tersebut masih dalam tahapan riset.

Kepada wartawan di Semarang Jumat (30/01/2015) malam Nasir mengatakan pengembangan riset itu sudah mampu menciptakan prototipe “drone” yang bisa melaju sejauh 200 kilometer dari daratan sehingga bisa membantu mengawasi jika ada kapal-kapal pencuri ikan yang masuk.

“Sekarang ini sedang dikembangkan. Pesawat tanpa awak itu akan dilengkapi kamera, bisa membantu mengawasi jika ada ‘illegal fishing’ di perairan Indonesia,” kata Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang itu.

Tentunya, kata dia, pengawasan perairan Indonesia yang sangat luas membutuhkan “drone” dengan kapasitas tempuh yang lebih jauh sehingga hasil riset yang ada akan terus dikembangkan dan disempurnakan. “Kan tidak cukup hanya 200 km. Paling tidak, ya, lebih besar lagi daya tempuhnya, sampai 600-800 kilometer. Makanya, riset ini akan terus dikembangkan oleh Lapan,” pungkas Nasir.

Ia juga menjelaskan, pesawat N219 memang didesain untuk transportasi udara antardaerah dan antarpulau dengan jarak yang tidak terlalu jauh dan kelebihannya tidak memerlukan “runway” (landasan) panjang.

Panjang runway yang dibutuhkan untuk pesawat ini hanya 550-600 meter. Menurut dia, potensi pemasaran pesawat ini cukup besar, terutama dari dalam negeri yang kebutuhannya mencapai 200 pesawat.

“Dengan kapasitas produksi pabrik 24 pesawat per tahun, maka kalau kebutuhannya 200 pesawat, baru bisa terpenuhi selama delapan tahun baru terpenuhi. Makanya, kami dorong pengembangan kapasitas produksi,” kata Nasir.

Meski pesawat N219 masih dalam proses riset, Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang itu mengatakan, sudah ada negara lain yang memesan pesawat penumpang berukuran kecil itu, yakni Thailand.

“Sudah ada pemesanan N219 dari Thailand. Yang sudah melihat-lihat Filipina. Namun, yang sudah jelas memesan adalah Thailand. Diharapkan, akhir 2015 sudah bisa terbang, teruji,” tukasnya.

Kalau semuanya sudah beres, termasuk sertifikasi pesawat, kata dia, ditargetkan pada 2016 sudah bisa dilakukan produksi massal untuk pesawat N219. “Pesawat ini memiliki berbagai kelebihan,” katanya.