Site icon

Awas Indonesia, Australia Masuk ke Perlombaan Pembelian Senjata

 

F-35 Australia

Indonesia harus waspada. Australia kini telah menjadi pengimpor terbesar ketujuh senjata utama di dunia dan pelanggan senjata terbesar, AS. Negeri Kanguru ini telah menjadi 10% dari seluruh pembeli senjata dari Amerika.

Angka dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan impor Australia merupakan senjata utama dalam skala besar seperti kapal perang, pesawat tempur dan tank. Melonjaknya juga fantastis yakni mencapai 83 persen dalam lima tahun hingga 2013. Jelas ini sebagia reaksi terhadap semakin terganggunya stabilitas kawasan Asia.

SIPRI tidak hanya mengukur pembelian senjata dari sisi jumlahnya saja tetapi juga nilai kemampuan senjata yang dibeli. Hal ini dianggap sebagai pengukuran paling akurat dari tren dalam produksi senjata dan perdagangan.
Dalam beberapa tahun terakhir Australia telah membeli helikopter tempur dari Perancis, kendaraan lapis baja dari Jerman, sistem radar dari Swedia, senjata artileri Howitzer dari Inggris, pesawat tanker pengisian bahan bakar udara dari Spanyol, pesawat tempur, , pesawat angkut militer, drone, Hellfire anti-tank dan Sidewinder udara-ke-udara rudal dari Amerika Serikat. Bahkan Angkatan Pertahanan Australia juga telah menyewa Heron, drone dari Israel. Belanja senjata juga belum berhenti bahkan terus menunjukkan peningkatan.

Anggaran pertahanan juga menjadi satu-satunya pos yang tidak dipotong oleh pemerintah federal bulan lalu bahkan naik hingga 6 persen atau sekitar 1,5 miliar dolar Amerika. Pemerintah telah berkomitmen untuk menghabiskan 12 miliar dollar untuk membeli 58 pesawat F-35 Joint Strike Fighter. Australia menjadi satu dari sembilan negara yang sudah memastikan untuk mendapatkan pesawat tempur generasi kelima ini.

Namun importir senjata terbesar di dunia masih dipegang India, Pakistan dan China. Padahal industri senjata di negara-negara ini, khususnya China sangat pesat. Secara total, penjualan senjata ke Asia dan Oseania mencapai 47 persen dari perdagangan global.
Senior SIPRI Siemon Wezeman mengatakan ekonomi Asia yang berkembang menjadikan banyak negara memiliki anggaran untuk membeli senjata. Selain juga dorongan kekhawatiran karena kondisi di kawasan ini juga makin memanas.

Ketegangan antara China dan Jepang terus berkembang. Sengketa China dengan Filipina dan Vietnam atas klaim di Laut Cina Selatan juga terus mengarah ke kondisi makin intens. Dan Australia pun sepertinya enggan untuk mengabaikan kondisi itu. “Ada rasa yang jelas tentang potensi ancaman dan ancaman yang adalah kata lima huruf dimulai dengan C, meskipun tidak selalu disebutkan,” katanya. Lantas bagaimana dengan Indonesia?

 

Sumber: Sidney Morning Herald

 

 

Exit mobile version