Amerika Serikat dan China telah mengumumkan pengembangan senjata laser yang akan digunakan sebagai alat tempur militer. Rusia pun menanggapi dengan mengembangkan kembali senjata laser warisan Uni Soviet.
Pada bulan September, Boeing memperkenalkan senjata High Energy Laser Mobile Demonstrator berdaya sepuluh kilowatt yang mampu melumpuhkan berbagai sasaran, mulai dari pesawat tanpa awak hingga rudal musuh. Dua bulan kemudian, Komandan Armada V Angkatan Laut AS, Wakil Laksamana John Miller, mengonfirmasi bahwa AL AS telah menerima laser tempur pertama mereka dan memasang senjata tersebut pada kapal serbu amfibi USS Ponce.
China juga mengumumkan pengembangan laser yang dapat menembak jatuh sasaran udara berukuran kecil. Sementara, meski belum banyak hal yang terungkap pada publik, Rusia juga tengah mengembangkan program lasernya.
Dalam tahap pengembangan saat ini, teknologi roket masih jauh lebih unggul dibanding senjata laser. Tapi dari segi biaya, senjata laser terbilang lebih efisien dibanding rudal. Peluncuran misil memakan biaya yang sangat mahal. Jika digunakan untuk jarak jauh, senjata rudal membutuhkan sistem navigasi tambahan, cadangan bahan bakar dalam jumlah besar, serta perlengkapan lain yang membuat biaya peluncuran sebuah tembakan kian meroket.
Sementara, peluncuran sebuah tembakan laser hanya membutuhkan biaya yang setara dengan penyediaan daya untuk tembakan tersebut. Hal itulah yang membuat Uni Soviet tertarik mengembakan senjata laser. Pada tahun 1960an, Uni Soviet memulai program pengembangan senjata laser di Pusat Produksi dan Riset Ilmiah Astrophysics yang rahasia.
Lalu apa saja tank laser yang dikembangkan lagi tersebut?