NEW DELHI: Sebuah delegasi Prancis dengan kekuatan penuh kemungkinan akan mengunjungi India di paruh kedua Januari 2015 untuk menegosiasikan kontrak multi-miliar dolar pengadaan Rafale yang nyais menemui jalan buntu. Bisa jadi delegasi ini adalah tim pamungkas yang akan menentukan kelanjutan nasib program ini.
Paris telah mengindikasikan bahwa ia akan mencoba untuk meneruskan pembicaraan lama tertunda untuk mencapai kesepakatan sesegera mungkin. Penandatanganan kesepakatan itu akan memungkinkan Prancis untuk mengekspor 126 pesawat tempur Rafale ke negara Asia Selatan. India sejauh ini memang belum menutup pintu total dan mengalihkan kontrak ke Su-30 MKI. Pada hari Jumat, Menteri Pertahanan India Manohar Parrikar menyatakan jika pihaknya mulai mempertimbangkan pesawat Rusia tersebut untuk mengganti Rafale mengingat pembicaraan dengan Dassault mengalami kendala sangat serius untuk menemukan titik temu.
Presiden Prancis Jean-Yves Le Drian pada bulan Desember, mengatakan bahwa Menteri Prancis telah memberitahunya tentang rencana mengirim delegasi pamungkas ke New Delhi untuk membahas masalah ini dengan para pejabat India. Menurut sumber yang dekat dengan kementerian India, ahli pertahanan telah membuat sulit bagi pemerintah Modi untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Prancis dengan merekomendasikan pemerintah untuk membeli lebih buatan Rusia Sukhoi-30 jet.
Namun, Paris yakin penandatanganan kesepakatan dengan India masih bisa menemukan titik temu. Selama pembicaraan delegasi pada tanggal 3 Desember Parrikar dan Le Drian memutuskan untuk menyelesaikan masalah ini dalam trek cepat.
Kontrak pembelian Rafale pada 2012 benar-benar menemukan jalan buntu setelah Dassault menolak kesepakatan awal untuk memproduksi sebagian besar pesawat oleh India dengan transfer teknologi. Dassault hanya mengirim 18 jet dalam bentuk jadi sementara sisanya diproduksi dengan lisensi oleh Hindustan Aeronautics Limited.
Sementara itu, Rusia mula masuk pada 2014 dan menawarkan Sukhoi-30 MKI ke India. Sekarang, menjadi sulit bagi India untuk memilih pilihan yang tepat yang dapat meningkatkan kekuatan militer negara itu. Jika membatalkan kesepakatan dengan Prancis, maka akan menjadi pukulan besar bagi Perdana Menteri India yang menggembar-gemborkan program “Make in India”. Dan jika India mengakuisisi jet Rafale, langkah itu akan mengganggu hubungan dengan Rusia. (VIT)
Sumber: inserbia.info