Putin Tahu DNA Musuh
Berbekal pengalamannya di KGB, Presiden Rusia memahami cara Amerika Serikat bekerja. Modus operandi Amerika adalah mengorganisasikan kudeta, pemberontakan, dan revolusi tandingan di negara-negara tempat pemimpin nasionalis berkuasa. Iran, Chili, Ekuador, Venezuela, Panama, dan Ukraina adalah beberapa contoh klasik.
Dalam “Confessions of an Economic Hitman”, John Perkins menuliskan bagaimana ia dan ‘hitman’ lain dikirim ke negara berkembang sebagai konsultan untuk menyuap atau memaksa diplomat, ekonom, dan politisi demi memenangkan tawaran Amerika Serikat. Mereka kerap berhasil, tetapi jika gagal, CIA akan menerjunkan para ‘serigala’—pembunuh terlatih profesional yang akan merekayasa kematian orang-orang yang menghalangi dominasi mutlak Amerika.
Satu-dua pukulan oleh para economic hitman dan pembunuh bayaran ini sangat efektif untuk melumpuhkan negara lain, sehingga Amerika Serikat jarang menggunakan cara lain. Hanya di Irak dan Libya Amerika terpaksa menggunakan kekuatan militer demi tujuan ekonominya.
Putin tahu AS pernah mencoba pendekatan serupa di Rusia. Sebagai mantan jenderal KGB di Jerman Timur, ia tahu para pembunuh bayaran selalu mengintai dirinya.
Perang di Ukraina jelas sebuah dalih untuk menarik Rusia agar masuk dalam konfrontasi militer langsung dengan angkatan bersenjata Ukraina, untuk menciptakan perang regional di Eropa.
Tanggapan Rusia bercabang dua. Pertama, Rusia menolak melakukan baku tembak dengan preman-preman Ukraina dan hal tersebut membuat Amerika frustrasi. Washington hanya bisa diam terkait Ukraina, dan hal itu secara brilian disebut seorang jenderal Tiongkok sebagai gejala “disfungsi ereksi” strategi Amerika.
Kedua, Putin menggunakan strategi asimetris untuk menghentikan—dan akhirnya meruntuhkan—kekuasaan Amerika. Tujuan utamanya adalah menggempur jantung kekuatan Amerika—dolar. Rusia—dengan dukungan BRICS—mulai beralih dari perdagangan dolar, langkah yang akan berdampak besar pada ekonomi Amerika yang nyaris tidak bertumbuh.