
WASHINGTON–Rekaman yang ditayangkan televise Al Jazeera menunjukkan F-4 Panthom milik Angkatan Udara Iran melakukan serangan udara terhadap posisi ISIS di Irak. Kabar dari kerjasama antara Washington dan Teheran, kemudian dibantah oleh Pentagon yang menyebut mereka melakukan operasi sendiri-sendiri.
Tetapi misi tersebut tetap memunculkan misteri dan pertanyaan. Meskipun itu secara teoritis mungkin untuk pesawat terbang Iran di Irak tanpa koordinasi dengan pasukan udara lainnya yang beroperasi di wilayah udara yang sama, tetapi hal itu sangat berbahaya untuk terjadi konflik dengan jet negara lain. Apalagi di tengah konflik yang memanas di daerah tersebut. Yang cukup mengejutkan ada beberapa pesawat Airborne Early Warning melakukan kontrol udara di atas Suriah dan Irak dan tidak mendeteksi pesawat tersebut. Sementara di satu sisi dengan pesawat yang sudah tua sulit bagi Iran untuk melakukan misi terbang rendah dalam misi CAS sekaligus untuk menghindari radar pesawat.
Namun detil misi serangan Iran di Irak ini diungkap oleh Babak Taghvaee, penulis sangat terkenal beberapa publikasi tentang angkatan udara Iran dan kontributor tetap untuk beberapa majalah penerbangan yang paling banyak dibaca. Taghvaee menyebutkan rincian operasi tersebut sebagai berikut:
- 18-20 November, beberapa sorti dilakukan oleh F-5 dari TFB ke-2 dan ke-4 di provinsi Diyala.
- Antara 20 November dan 23 November, RF-4ES Angkatan Udara Iran dan UAV (Unmanned Aerial Vehicles) dari IRGC-ASF (Garda Revolusi Angkatan Udara Iran) melakukan serangan mendadak di Jalula dan Saadia.
- Antara 23 November dan 30 November, F-4ES dari TFB-3 dan 9 TFB dilakukan CAS (Close Air Support) untuk Peshmerga Kurdi, milisi Badr dan SpecOps Irak.
- Pada tanggal 1 dan 2 Desember empat Su-24MK melakukan beberapa patroli udara tempur dan CAS jauh di dalam perbatasan Irak.
- Pada tanggal 29 dan 30 November, jet menggunakan Sattar 4 LGB dan GBU-78 / A Ghased TV bom dipandu terhadap kubu pertahanan ISIS dan truk-truk besar.
Sumber: Aviationist