Rusia berencana meningkatkan hubungan militer dengan Sudan, negara yang selama ini dikucilkan oleh internasional. “Kami memiliki rencana membangun kerja sama dalam jalan yang tidak mengganggu perimbangan kekuatan di kawasan itu,” kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov, Rabu 3 Desember 2014. Dalam kunjungannya ke negara itu, Lavrov bertemu sejawatnya dari Sudan, Ali Karti.
Lavrov tiba di Khartoom Selasa malam, dan juga akan bertemu dengan Presiden Omar al-Bashir sebelum menghadiri satu forum mengenai kerja sama antara Rusia dan Liga Arab Rabu malam.
Ekonomi Sudan dilanda krisis buruk akibat embargo perdagangan Amerika sejak tahun 1997 atas tuduhan termasuk pelanggaran hak asasi manusia, dan Bashir sedang dicari oleh Pengadilan Pidana Internasional (ICC) atas tuduhan terlibat kejahatan perang di wilayah barat negara itu, Darfur.
Lavrov tidak memberikan rincian lebih jauh mengenai kerja sama itu, tetapi Karti mengatakan mereka juga membicarakan perusahaan-perusahaan Rusia yang meminta izin bagi eksplorasi minyak dan gas.
Pemisahan diri Sudan Selatan dari Sudan tahun 2011 berdasarkan satu perjanjian perdamaian yang mengakhiri perang saudara 22 tahun menyebabkan Khartoum kehilangan banyak produksi minyaknya, dan negara bagian Kordofan Selatan kini daerah produksi minyak utama negara itu.
Akan tetapi konflik antar-suku di daerah itu dan pemberontakan oleh pemberontak etnik membuat eksplorasi sulit.
Sanksi-sanksi terhadap Sudan telah berdampak buruk pada ekonominya, dan Khartoum telah melakukan usaha-usaha dalam dua bulan belakangan ini yang bertujuan untuk mengakhiri keterkucilannya.
Para Oktober, Bashir mengunjungi negara-negara kawasan itu Mesir dan Arab Saudi, dan Kamis Khartou akan menjadi tuan rumah satu pertmuan para menteri luar negeri dari negara-negara tetangga Libya untuk berusaha mencari satu solusi atas konflik yang melanda negara Afrika Utara itu.
Sumber: AFP