AS Tetap Tolak Zona Larangan Terbang di Perbatasan Suriah-Turki
CF-18 Kanada

AS Tetap Tolak Zona Larangan Terbang di Perbatasan Suriah-Turki

4. F-16 FIGHTING FALCON The General Dynamics (now Lockheed Martin) F-16 Fighting Falcon is a single-engine multirole fighter aircraft originally developed by General Dynamics for the United States Air Force (USAF). Designed as an air superiority day fighter, it evolved into a successful all-weather multirole aircraft. Over 4,500 aircraft have been built since production was approved in 1976.[2] Although no longer being purchased by the U.S. Air Force, improved versions are still being built for export customers. In 1993, General Dynamics sold its aircraft manufacturing business to the Lockheed Corporation,[3] which in turn became part of Lockheed Martin after a 1995 merger with Martin Marietta. The Fighting Falcon is a fighter with numerous innovations including a frameless bubble canopy for better visibility, side-mounted control stick to ease control while maneuvering, a seat reclined 30 degrees to reduce the effect of g-forces on the pilot, and the first use of a relaxed static stability/fly-by-wire flight control system helps to make it a nimble aircraft. The F-16 has an internal M61 Vulcan cannon and 11 locations for mounting weapons and other mission equipment. The F-16's official name is "Fighting Falcon", but "Viper" is commonly used by its pilots, due to a perceived resemblance to a viper snake as well as the Battlestar Galactica Colonial Viper starfighter. In addition to active duty U.S. Air Force, Air Force Reserve Command, and Air National Guard units, the aircraft is also used by the USAF aerial demonstration team, the U.S. Air Force Thunderbirds, and as an adversary/aggressor aircraft by the United States Navy. The F-16 has also been procured to serve in the air forces of 25 other nations. F-16 Fighting Falcon aircraft prepare to refuel during Red Flag-Alaska 13-3 over the Joint Pacific Alaska Range Complex Aug. 19, 2013. Red Flag-Alaska is a series of Pacific Air Forces commander-directed field training exercises for U.S. and partner nation forces, pr

Washington menolak setiap rencana untuk memberlakukan zona larangan terbang di di sepanjang perbatasan Turki-Suriah. Juru bicara Gedung Putih Josh Earnest mengemukakan kepada wartawan bahwa AS terbuka untuk membicarakan sejumlah opsi dengan Turki “Tetapi zona larangan terbang di Suriah tidak masuk dalam rencana saat ini.”

Turki mendesak bagi pemberlakuan satu zona penyangga di Suriah untuk menampung para pengungsi akibat perang antara pasukan pemerintah Presiden Bashar al-Assad, pemberontak dan kelompok garis keras ISIS.

Tetapi Ankara, yang telah berperang di perbatasan selatannya, sejauh ini gagal membujuk Washington sekutu NATO, kendatipun jet-jet AS telah menghantam target-target ISIS di Suriah, menggunakan kekuatan udara di luar rencana itu.Sejak perang saudara meletus di Suriah awal tahun 2011 telah berulang-ulang seruan pemberlakuan zona larangan terbang untuk melindungi pemberontak dan pengungsi.

Mantan diplomat Hillary Clinton tampaknya mendukung pemberlakuan zona seperti itu, tetapi Presiden Barack Obama secara konsisten menolaknya, khawatir Washington akan terlibat lebih dalam pada konflik itu.

Laporan-laporan media AS akhir pekan menyatakan sikap Washington berubah setelah kunjungan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Turki bulan lalu tetati Earnest mengatakan masalah itu tidak dibicarakan. “Kami telah menegaskan pada sejumlah kesempatan bahwa kendatipun kami terbuka untuk mendiskusikan sejumlah opsi dengan Turki, kami tidak yakin bahwa usul bagi zona larangan terbang khusus adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan konflik di Suriah,” kata Earnest.

Surat kabar The Wall Street Journal melaporkan bahwa sebagian dari perjanjian yang diusulkan antara AS dan Turki, satu “zona aman” yang dilindungi di sepanjang perbatasan akan diberlakukan yang melarang terbang pesawat Bashar.

Lebih sempit ketimbang satu zona larangan terbang resmi, itu tidak diperlukan bagi serangan-serangan udara. AS memperingatkan bahwa pemerintah Bashar tidak ikut serta, kata surat kabar itu.

Sebagai imbalan pesawat-pesawat AS dan koalisi akan menggunakan pangkalan udara Incirlik Turki serta yang lainnya untuk mematroli zona itu untuk meyakinkan bahwa pemberontak yang beroperasi di perbatasan Turki-Suriah tidak diserang. Laporan-laporan itu muncul ketika Menlu AS John Kerry sedang menuju Brussels untuk berunding dengan para menlu dari koalisi 60 negara Rabu untuk memerangi kelompok garis keras ISIS.