Site icon

Serang ISIS Kenapa Tidak Pakai Pesawat Murah Saja, Gengsi?

F-22 Raptor

F/A-18, salah satu pesawat yang paling banyak digunakan untuk menyerang ISIS
F/A-18, salah satu pesawat yang paling banyak digunakan untuk menyerang ISIS

Dengan dana pengadaan terus menyusut, banyak pihak yang meragukan apakah serangan udara ke ISIS akan terus dipertahankan. Gempuran dengan pesawat-pesawat super canggih tetapi juga super mahal dipastikan akan menguras dengan cepat kantong sejumlah negara yang sedang mati-matian menghemat anggaran militer mereka.

 

Tidak ada pesawat murah yang digunakan untuk melawan ISIS saat ini. Dari F-16,F-15, Rafale, Tornado, F/A-18 hingga F-22 Raptor dikerahkan oleh Amerika dan koalisinya. Sesuatu yang sebenarnya memunculkan pertanyaan untuk apa pesawat super canggih itu digunakan sementara ISIS sebagai target nyaris tidak punya sistem pertahanan udara yang memadahi. Paling-paling mereka memiliki rudal anti udara panggul yang biasanya hanya bisa menjangkau target pendek seperti helikopter. ISIS juga tidak punya pesawat. Jadi sebenarnya platform supersonic, perang elektronik yang canggih dan siluman tidak ada gunanya di arena perang kali ini.

 

F-22 Raptor saat hendak menyerang ISIS. Apakah fitur siluman dan kecepatan tinggi begitu penting untuk perang kali ini?

Kenapa tidak menggunakan pesawat murah saja? Dan Prancis pun mulai melakukannya dengan mengirim tambahan pesawat bukan dari jajaran Rafale tetapi Mirage2000 yang relatif lebih murah.

Tetapi sebenarnya masih banyak pilhan yang bisa digunakan untuk menekan biaya menjadi jauh lebih hemat. Amerika masih menyimpan A-10, platform serangan darat yang operasionalnya jauh lebih murah.

Sebut saja turboprop Embraer A-29 super Tucano, Hawker Beechcraft AT-6C Texan II, serta Textron Airland Sistem ‘Scorpion Jet serang ringan. Semua platform ini menyajikan beberapa keuntungan dalam hal keterjangkauan (baik akuisisi dan biaya operasional), ketepatan pengiriman, kesederhanaan pemeliharaan, kehandalan dan keamanan, dan interoperabilitas dengan berbagai sistem. Selain itu, mempekerjakan mereka akan memperpanjang masa kerja platform yang lebih tinggi karena mereka akan diterbangkan lebih jarang.

Adapun biaya fly-away, juga bak langit dan bumi. Bandingkan saja untuk sebuah F-16 C/D Block 52 harganya sektiar US$ 45 juta. Sementara satu biji F / A-18E / F lebih dari US $ 60 juta. Sementara Super Tucano harganya hanya antara US$9 juta-14 juta. Sementara Scorpion hanya US $ 20 juta (pesawat ini memang masih butuh waktu lama karena harus menunggu produksi).

Biaya operasional juga jauh lebih irit. Sebagai contoh, Scorpion biaya per jamnya hanya sekitar US$ 3.000 yang berarti sepertujuh dari F-16C / D dan sepersepuluh dari F-35A.

Super Tucano, jet murah yang sebenarnya cukup untuk menyerang ISIS

 

Pesawat-pesawat murah ini juga cukup handal. Semua platform di atas dilengkapi dengan sensor EO / IR, semua kaca kokpit menampilkan citra yang tinggi dan multi-fungsi (MFD), kontrol pada throttle dan tongkat (HOTAS) kontrol, komputer misi canggih dan head display-up (HUD). Pesawat-pesawat ini sepenuhnya kompatibel dengan sistem NATO; misalnya, Super Tucano bersertifikat dengan lebih dari 130 konfigurasi senjata termasuk berbagai besar presisi dipandu amunisi (PGM). Dilihat dari sisi keselamatan juga sesuai standar dengan serangkaian fitur pelindung, kursi lontar, kokpit lapis baja dan rotor. Selain itu mereka dapat dilengkapi dengan peringatan rudal dan penanggulangannya. Soal kecepatan, meski tidak super cepat tetapi pasti jauh lebih cepat dibanding helikopter untuk lebih aman dari serangan rudal panggul.

 

 

Selain itu, pesawat turboprop memiliki kemampuan take-off dan landing pendek yang sangat baik dan dapat beroperasi dari landasan yang pendek. Singkatnya, pesawat serang ringan adalah pertahanan teritorial yang valid dan pesawat pendukung dekat, serta untuk pengawasan dengan kemampuan serangan bersenjata.

 

Cessna AC-208B yang juga cukup memadahi

Oleh karena itu, mereka akan utilitas besar bagi militer Irak dan Yordania dan mengintegrasikan kekuatan udara dari Arab Saudi, UEA, Qatar dan Bahrain. Tellingly, UAE Komando Operasi Khusus sudah mempekerjakan 24 AT-802i “Air Tractors” pesawat serang ringan dan Abu Dhabi adalah dalam diskusi dengan Textron Airland tentang pembelian Scorpion. Selain itu, AS telah menyetujui permintaan Irak terhadap 24 AT-6C dan Angkatan Udara Afghanistan akan segera bergabung dengan sembilan negara di Afrika, Asia Pasifik dan Amerika Latin untuk memiliki super Tucanos. Akhirnya, angkatan udara Irak dan Lebanon dapat mengandalkan sejumlah kecil ringan bersenjata Cessna AC-208B “Kafilah tempur.”

Super Tucano dan AT-6C adalah platform yang sangat handal. Mereka telah banyak diterjunkan dalam operasi anti-narkotika dan COIN oleh beberapa negara Amerika Latin. Yang terakhir ini didasarkan pada Beechcraft T-6 pelatih yang digunakan untuk melatih pilot di angkatan udara mulai dari Kanada ke Maroko.

 

A-10 thunderbolot pesawat sekelas Su-25

Kesimpulannya, menggunakan pesawat ringan seharusnya akan menyajikan sejumlah keuntungan dan menawarkan kemampuan taktis yang signifikan. Pertanyaanya apakah memang perang ini sebagai ajang gagah-gagahan dan uji teknologi perang sehingga harus menurunkan jet-jet canggih? Sementara dengan pesawat murah dan sederhana saja mencukupi?

 

 

Exit mobile version