Site icon

Parlemen AS Skeptis Strategi Militer di Irak

Kapal Induk AS USS Carl Vinson

F/A-18E Super Hornet di atas kapal induk Carl Vinston sebagai bagian serangan terhadap ISIS
F/A-18E Super Hornet di atas kapal induk Carl Vinston sebagai bagian serangan terhadap ISIS

Parlemen Amerika Serikat mulai skeptis terhadap strategi militer AS di Irak yang bergantung pada kemampuan pemerintah Baghdad yang dipimpin Syiah untuk mengatasi perpecahan sektarian dan perselisihan di negara tersebut. Anggota Kongres menilai pemerintah hanya melakukan hal  yang sama di masa lalu.

“Saya bertanya-tanya bagaimana kita dapat berjalan menyusuri jalan sama yang kita lewati  selama dekade terakhir atau lebih dan berharap untuk hasil yang berbeda,” kata Rep Tulsi Gabbard, seorang anggota parlememen Demokrat dari Hawaii, kepada pejabat Pentagon Kamis 13 November 2014.

Keraguan itu dilontarkan ketika pejabat Pentagon datang ke Komite Angkatan Bersenjata  untuk menjelaskan tentang permintaan tambahan dana sebesar US$5,6 miliar untuk mendanai perang melawan ISIS.

Banyak anggota parlemen mempertanyakan Keputusan Presiden Obama 7 November untuk menambah hampir dua kali lipat jumlah pasukan AS di Irak hingga mencapai 3.100. Dukungan kongres akan menjadi penting karena para pejabat Pentagon mengatakan pasukan tambahan tidak akan menyebarkan sampai anggota parlemen menyetujui uang untuk misi diperluas.

Beberapa hari sebelumnya sekitar 50 tentara AS telah dikerahkan ke provinsi Anbar Irak untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Mereka menempati pangkalan udara Al Asad untuk melatih personel tentara Irak di sana.

Petinggi militer mengakui bahwa strategi Amerika akan bertumpu pada harapan bahwa politik Irak akan berubah tiba-tiba dan membawa Syiah, Sunni dan Kurdi bersama-sama dalam sebuah pemerintahan inklusif.

“Salah satu asumsi penting tentang kampanye ini adalah bahwa pemerintah Irak tidak membangun niat untuk menciptakan pemerintahan persatuan nasional. Saya bisa memprediksi untuk Anda sekarang, jika itu tidak terjadi, maka pasukan keamanan Irak tidak akan terus bersama-sama ,” kata Jenderal Angkatan Darat Martin Dempsey,  Komandan Staf Gabungan yang datang ke parlemen.

Beberapa anggota parlemen yang meragukan strategi di Irak tidak lepas dari masalah yang dihadapi pasukan AS setelah invasi Irak 2003. “Meskipun tujuh tahun konflik di Irak, 4.500 nyawa tentara Amerika hilang, dan lebih dari US$1,5 triliun uang dihabiskan, tetapi tidak menyelesaikan konflik sektarian  dan sekarang kita justru berhadap dengan mereka,” kata Niki Tsongas dari Republik.

Namun, Dempsey dan Menteri Pertahanan Chuck Hagel mengatakan kepada anggota parlemen bahwa tiga bulan serangan udara intensif telah mendegradasi kekuatan ISIS dan keduanya meminta agar semua bersabar.

Tetapi Dempsey juga mengatakan bahwa jika pemerintah Baghdad tidak menindaklanjuti janji-janji untuk menjadi inklusif, ia akan merekomendasikan memotong dukungan militer AS.

 

Sumber: Military Times

Exit mobile version