Belum ada kepastian pesawat apa yang akan dibeli Indonesia untuk menggantikan F-5 Tiger. Tetapi Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko telah mengungkap tiga besar calon pengganti. yakni Sukhoi Su-35 Flanker, JAS-39 Gripen, dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon.
“Gripen memang juga kami pertimbangkan selain Su-35 dan F-16 itu. Faktor politik juga jadi pertimbangan,” katanya di Indo Defence 2014 Kamis 6 November 2014.

Di antara ketiga calon pesawat tempur terbaru TNI AU itu, dua di antaranya hadir di Indo Defence 2014, yaitu Sukhoi Su-35 Flanker dan JAS-39 Gripen Swedia, di bawah bendera perusahaan pabrikannya, SAAB.
JAS-39 Gripen bahkan menghadirkan instrumen demonstatornya, yang mirip dengan simulator namun tidak bisa memberi sensasi sejati saat pilot menerbangkan pesawat terbang itu.
Satu partisipan yang mencoba menarik perhatian pengunjung dan peletak kebijakan pertahanan nasional, yang hadir pada Indo Defence 2014 itu, adalah Eurofighter Typhoon. Typhoon dipakai tujuh negara, yaitu empat negara konsorsium pembuat (Inggris, Italia, Jerman, dan Spanyol), plus Oman, Arab Saudi, dan Austria). Serupa dengan JAS-39 Gripen, Eurofighter juga memberi kesempatan kepada publik pengunjung untuk mencoba instrumen demonstratornya di gerai mereka.

F-5E/F Tiger II merupakan pesawat terbang generasi ketiga yang muncul pada era 80-an. Pesawt ini telah memperkuat Skuadron Udara 14 TNI AU selama lebih dari 30 tahun.
Dalam lingkungan negara-negara ASEAN, Angkatan Udara Kerajaan Thailand yang juga mengoperasikan F-5E/F Tiger II. Namun mereka akhirnya juga beralih kepada JAS-39 Gripen dari SAAB, yang menawarkan program tranfer teknologi penuh, dan pembuatan bagian-bagian pesawat terbang itu kepada Thailand.
JAS-39 Gripen dioperasikan di tujuh negara juga, yaitu Swedia, Brazil, Republik Czech, Hungaria, Afrika Selatan, dan Inggris, yang nota bene juga mengoperasikan Eurofighter Typhoon.

Sedangkan Sukhoi Su-27/30 Flanker, Malaysia juga mengoperasikan pesawat tempur ini sebagaimana juga dengan MiG-29 Fulcrum, buatan Rusia. Indonesia menjadi negara pertama ASEAN yang mengoperasikan Sukhoi Su-27/30MKI, yang memerlukan biaya sekitar Rp400 juta perjam terbang per unit pesawat tempur itu.
Sistem persenjataan pokok mereka juga telah lengkap sejak beberapa tahun lalu, di antaranya peluru kendali udara-ke-udara (jarak dekat) Vympel R-73 Archer dan Vympel R-27 Alamo untuk jarak menengah-jauh