“Pada tanggal 5 November 2014, atas permintaan Pemerintah Republik Korea, Pemerintah AS memberitahu BAE Systems Technology Solutions Rockville, Maryland, bahwa itu akan mengakhiri untuk kenyamanan kontrak dengan BAE Systems, untuk upgrade pesawat tempur Republik Korea KF-16, ” demikian pernyataan resmi US Defense Security Cooperation Agency (DSCA)
Pembatalan ini tentu akan menjadi pukulan telak BAE Systems, yang melihat program upgrade Korea Selatan F-16 sebagai kemenangan penting dalam usahanya terhdap Lockheed di pangsa upgrade F-16 seluruh dunia.
Sebuah laporan oleh Korea Selatan kantor berita resmi Yonhap, mengutip seorang juru bicara South Korea’s Defense Programme Administration (DAPA), mengatakan pemerintah AS menginginkan tambahan US$ 473 juta dan BAE Systems 300 miliar wont. Inilah yang memicu Korea untuk membatalkan kontrak tersebut.
Kontrak BAE Systems akan membuat 134 pesawat menerima avionik baru dan radar AESA Raytheon. Dua F-16 Korea Selatan terdiri dari satu dan dua kursi sebelumnya telah menerima upgrade di BAE System Fort Worth. Tidak jelas apa yang akan terjadi pesawat ini, tetapi pernyataan DSCA mengatakan bahwa ia akan bekerja dengan BAE Systems untuk menutup kontrak.
“Kami kecewa untuk Republik Korea telah meminta untuk mengakhiri kontrak US Air Force dengan BAE Systems untuk Program Upgrade KF-16,” kata BAE Systems dalam sebuah pernyataan email. “BAE Systems dipilih oleh Republik Korea pada tahun 2012 setelah kompetisi penuh dan terbuka, di mana solusi kami dianggap yang terbaik, paling fleksibel dan hemat biaya untuk memenuhi kebutuhan Korea. Disetujui Pemerintah AS pada tahun 2013 dan sejak Mei tahun ini, kami telah berhasil melaksanakan fase salah satu program sesuai jadwal. ”