
Prancis sepertinya mula ragu dengan efektivitas gempuran udara koalisi terhadap ISIS di Irak. Hal ini terlihat dari penyataan Presiden Prancis Francois Hollande yang mengatakan militer Irak harus bekerja lebih banyak untuk melawan militan ISIS yang telah mengambil lebih dari sepertiga negara.
“Serangan udara tidak akan cukup. Bom tidak cukup untuk mengakhiri ISIS. Harus disertai dengan gerakan di darat dan terserah kepada tentara Irak dan Peshmerga untuk memastikan lahan bisa direbut kembali dari ISIS,” kata Hollande.
Tentara Irak, tercabik-cabik oleh perpecahan sektarian antara Sunni dan Muslim Syiah, memasang sedikit perlawanan awal tahun ini sebagai pejuang Negara Islam melancarkan serangan besar.
Hollande memberi contoh kesuksesan pejuang Kurdi Peshmerga di wilayah utara Kurdi Irak, yang baru-baru ini sukses memukul mundur ISIS dengan dibantu bombardir dari udara. Negara-negara Barat telah melatih dan memperlengkapi Peshmerga selama berbulan-bulan.
Kepala Angkatan Darat AS mengatakan pada September bahwa Baghdad membutuhkan pelatihan untuk membangun kembali pasukan darat yang mampu membasmi pejuang Negara Islam.
Perancis adalah negara pertama yang bergabung dengan serangan udara yang dipimpin AS pada bulan September dan meningkatkan pemboman bulan lalu. Jet tempur Kanada membuat serangan tempur pertama mereka sejak bergabung kampanye pada hari Minggu 2 November 2014. Perdana Menteri Kanada Stephen Harper mengatakan bahwa sementara kampanye udara sedang mengalami pengaruh yang besar terhadap serangan Negara Islam, “Tetapi kita juga harus menyadari hasu ada kekuatan di darat.”
Sumber: Reuters
Comments are closed