
Dalam beberapa waktu terakhir Angkatan Udara Indonesia dibuat sibuk dengan masuknya pesawat asing tanpa izin ke wilayah udara Indonesia. Tiga kali intersep dilakukan dan selalu menggunakan Su-30/27 Flanker. Kemana F-16?
Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Menurut Ida Bagus alasan penyergapan pesawat asing tiga kali oleh pesawat Sukhoi itu lantaran pesawat Sukhoi tengah melakukan operasi. Selain itu pesawat yang dicegat juga bisa melaju cepat hingga Flanker yang bisa diandalkan. “Karena yang dikejar pesawat cepat, maka hanya Sukhoi yang bisa,” tuturnya di Jakarta Rabu 5 November 2014.
Seperti diketahui, dalam dua pekan terakhir, tercatat sebuah pesawat Australia dipaksa mendarat di Manado. Selanjutnya Sukhoi beraksi di atas Natuna. Mereka menyergap pesawat latih berbendera Singapura, pesawat itu dipaksa mendarat di Pontianak.
Terakhir, giliran pesawat jet pribadi milik Saudi Arabia Airlines disergap di sekitar Kupang. Pesawat jenis Gulfstream IV dengan Nomor HZ-103 berangkat dariSingapura menuju Darwin Australia sebelum menuju tujuan akhir Brisbane tersebut sempat mencoba melarikan diri. Dengan cepat dua pesawat Sukhoi Su-30 MK2 dengan call sign ‘Thunder Flight’ diberangkatkan dengan bahan bakar penuh dan amunisi lengkap, termasuk rudal udara ke udara canggih R-73 Archer untuk menyergap sasaran. Thunder Flightterdiri dari 2 Su-30 yang dipiloti Letkol Pnb Vincent/Mayor Pnb Wanda dan Letkol Pnb Tamboto/ Mayor Pnb Ali dalam waktu singkat melaksanakan Scramble dan Take Off tepat saat pesawat asing melintas meninggalkan wilayah udara Kalimantan menuju selatan Makassar.
Pesawat Gulfstream yang terbang tinggi pada ketinggian 41 ribu kaki nampaknya mengetahui jika dikejar dan meningkatkan kecepatan semula dari kecepatan jelajah 0.74 Mach (700 kmpj) menjadi 0.85 Mach (920 kmpj).Namun Sukhoi mengejar dengan kecepatan suara yaitu antara 1.3 – 1.55 Mach (1400- 1700 kmpj) Thunder Flight melaksanakan pengejaran sampai melewati Eltari, Kupang dan berhasil mendekati pesawat tersebut dan dapat melaksanakan komunikasi dengan radio di sekitar 85 Nm atau 150 km dari Kupang serta sudah mendekati perbatasan wilayah udara Timor Leste. Hingga akhirnya pesawat dipaksa mendarat di Lanud Eltari.
Sumber: Antara