
Eurofighter Typhoon masih terus menunggu perkembangan kesepakatan antara India dan Rafale untuk memenuhi kebutuhan 126 jet tempur multirole senilai hampir US$20 miliar. Begitu gagal, mereka akan langsung melakukan manuver untuk masuk ke posisi pengganti.
“Kami mengakui pemerintah India telah menempatkan Prancis sebagai yang pertama dalam proyek MMRCA [medium multi-role combat aircraft] . Tapi kami masih bagian dari kompetisi. Jika negosiasi dengan Perancis gagal, kami siap untuk langkah,” kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon Kamis 30 Oktober 2014 petang.
Pemerintah David Cameron mengaku sangat antusias membangun kemitraan dengan pemerintah Modi yang gencar menggelar kampanye “Make in India”dalam sector produksi teknologi pertahanan. “Kami melihat kesempatan besar untuk Inggris. Ini adalah waktu yang sangat menarik di India, dengan pemerintah baru mengambil keputusan yang cepat,” kata Fallon, yang bertemu menteri pertahanan Arun Jaitley pada hari sebelumnya.

Inggris juga mendorong bangkitnya lagi proyek senilai $885 juta yang terhenti lama untuk pengadaan 145 M-777 howitzer, yang diproduksi oleh British BAE Systems bekerjasama dengan India dan Amerika Serikat. Inggris juga mengharapkan India segera meneken kontrak pengadaan 20 pesawta latih British Eagle (AJT) serta memikirkan kembali pencabutan AgustaWestland helikopter yang terhenti karena skandal VVIP choppergate.
Rafale dan Typhoon telah lulus uji teknis oleh IAF, sementara jet Amerika, Rusia dan Swedia resmi telah dikeluarkan dari kompetisi. Pada bulan Januari 2012, Rafale dinyatakan sebagai pemenang atau “L-1 (penawar terendah)” atas Eurofighter, meskipun negosiasi akhir sejak itu telah berkembang menjadi sangat rumit. Bahkan belum juga menemui titik temu dalam sejumlah hal hingga saat ini. Salah satunya terkait transfer teknologi.
Sumber: TNN
Comments are closed