
Sejak tahun 2004 hingga 2011, militer dan Irak pasukan AS menemukan sekitar 5.000 hulu ledak kimia, kerang atau bom penerbangan di Irak. Senjata-senjata itu ternyata dibuat pada masa pemerintahan mantan presiden Saddam Hussein dengan dibantu negara-negara Barat.
Seperti dilaporkan The New York Times Selasa 14 Oktober 2014 sedikitnya enam kali tentara terluka oleh senjata kimia selama periode tersebut, mengutip pejabat senior Amerika dan Irak, serta AS dokumen intelijen yang diperoleh di bawah Freedom of Information Act.
Dalam semua kecuali salah satu insiden, amunisi dirancang di Amerika Serikat, diproduksi di Eropa dan penuh dengan bahan kimia di pabrik-pabrik yang dibangun di Irak oleh perusahaan Barat, menurut outlet berita.
Jumlah sebenarnya senjata kimia yang ditemukan di Irak mungkin lebih tinggi. Namun sampai saat ini Amerika Serikat masih tidak mau berkomentar terhadap laporan New York Times tersebut.
Salah satu peserta dalam penemuan Angkatan Darat yang sedang berlangsung di Washington, Jarrod Lampier yang sudah pension mengatakan bahwa Amerika Serikat memilih diam tentang penemuan karena takut pengakuan lebih lanjut sudah salah.
“Mereka membutuhkan sesuatu untuk mengatakan bahwa setelah 11 September Saddam menggunakan senjata kimia,” kata Lampier seperti dikutip oleh surat kabar. “Dan semua ini adalah dari era pra-1991.”
Pada tahun 2003, koalisi pimpinan AS menyerbu Irak dan menggulingkan pemerintah Hussein. Misi koalisi adalah untuk melucuti Irak dari senjata pemusnah massal, tetapi dua tahun kemudian Central Intelligence Agency merilis sebuah laporan yang mengatakan bahwa tidak ada senjata yang ditemukan di negara itu. Pada tahun 2006, Saddam dihukum karena tuduhan terkait dengan pembunuhan 148 orang Syiah Irak pada 1982 dan dieksekusi.
Sumber: Ria Novosti
Comments are closed