Sebanyak 200 anggota pasukan khusus Australia yang dikirim ke Irak masih tertahan tidak bisa masuk negara tersebut. Penyebabnya, Baghdad tidak memberikan perlindungan hukum yang cukup pada mereka. Demikian diungkapkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott Rabu 15 Oktober 2014
Jet-jet tempur Australia mulai menghantam target-target di Irak awal bulan ini sebagai bagian koalisi pimpinan Amerika Serikat untuk mengusir kelompok garis keras itu, yang dalam hari-hari belakangan ini membuat kemajuan-kemajuan di kota Kobane Suriah utara dan di Irak barat.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama Selasa berembuk dengan para pemimpin militer dari 20 negara termasuk Australia, Turki dan Arab Saudi di tengah-tengah tekanan yang kuat terhadap koalisi pimpinan AS untuk melakukan tindakan lebih keras menghentikan gerak maju mereka.
Tetapi pasukan Australia bermaksud akan melakukan missi-missi memberi nasehat dan bantuan pada tentara Irak, masih berada di Uni Emirat Arab sejak pertengahan September karena, kata Abbott suatu perjanjian resmi mengenai status hukum mereka tidak disetujui.
Kedutaan Besar Irak di Australia tidak dapat segera dihubungi untuk diminta komentar. Abbott mengatakan ia yakin satu kesepakatan akan dicapai,tetapi tidak jelas mengapa perundingan-perundingan itu berlarut-larut begitu lama dan mengapa Canberra ditekankan menyangkut perlindungan hukum sementara mitra-mitra koalisi lainnya tidak.
“Saya dengan sangat tegas mengatakan kepada perdana menteri Irak di New York dua pekan lalu bahwa kami kami ingin sekali membantu,” kata Abbott.
“Saya menegaskan bahwa pasukan khusus kami siap pergi dan banyak manfaat yang mereka dapat lakukan di Irak. Tetapi kami berhutang kepada pasukan khusus kami hanya dapat menggelarkan mereka dengan perlindungan hukum .
Sumber: Reuters