Pertempuran sengit memperebutkan Kota Kobane antara Kurdi dan ISIS telah memakan korban sedikitnya 554 orang tewas, termasuk beberapa warga sipil. Korban didominasi warga Kurdi. Jumlah korban jiwa meliputi 20 warga sipil Kurdi, 226 anggota YPG dan petempur lain yang berafiliasi pada kelompok Kurdi, selain 298 anggota IS. Data tersebut dirilis Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia pada Sabtu 11 Oktober 2014.
Di tengah pertempuran di bagian selatan Kobane, dua ledakan kuat mengguncang bagian baratdaya kota tersebut pada Sabtu, kata Observatorium tersebut, sebagaimana dilaporkan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu pagi. Kelompok pemantau Suriah itu menyatakan ledakan tersebut belum bisa dikonfirmasi.
Observatorium itu sebelumnya menyatakan petempur IS telah merebut lebih dari 40 persen wilayah Kobane. Ditambahkannya, pertempuran pada Sabtu terjadi di beberapa daerah di kota strategis tersebut di perbatasan dengan Turki.
Direbutnya kota itu akan memungkinkan anggota ISIS menghubungkan Ar-Raqqa, yang diumumkan sebagai Ibu Kota Provinsi, dengan Kobane dan menjalin wilayahnya ke daerah yang berbatasan dengan Turki.
Para pejabat Pemerintah Suriah dan pegiat Kurdi menuduh Turki membantu IS dalam merebut Kobane untuk menghilangkan suku Kurdi di daerah itu dan mewujudkan zona penyangga yang telah lama diinginkannya dan dilindungi oleh zona larangan terbang di Suriah Utara.
ISIS telah merebut lebih dari 300 desa di sekitar Kobane, dan memaksa lebih dari 160.000 orang menyelamatkan diri ke arah Turki, yang bertetangga sejak kelompok fanatik tersebut melancarkan serangannya pada 16 September.
Pasukan Kurdi yang mempertahankan Kobane mendesak koalisi pimpinan AS agar meningkatkan serangan udaranya terhadap petempur ISIS. Satu kelompok yang memantau perang saudara di Suriah menyatakan pasukan Kurdi menghadapi kekalahan yang tak terelakkan di Kobane kalau Turki tidak membuka perbatasannya untuk mengizinkan senjata lewat. Namun Ankara tampaknya enggan melakukan itu.
Koalisi pimpinan AS meningkatkan serangan udara terhadap sasaran ISIS di Kobane dan sekitarnya, yang juga dikenal dengan nama Ayn Al-Arab, sekitat empat hari sebelumnya. YPG, kelompok utama Kurdi bersenjata, mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa serangan udara telah menimbulkan banyak kerugian di pihak ISIS, tapi kurang efektif dalam dua hari belakangan.
Seorang pejabat militer Kurdi, yang berbicara dengan Reuters dari Kobane, mengatakan pertempuran di jalan membuat pesawat makin kesulitan untuk membidik posisi Negara islam.
“Kami menghadapi masalah, yaitu perang dari rumah-ke-rumah,” kata Esmat Ash-Sheikh, pemimpin Dewan Pertahanan Kobane.
“Serangan udara menguntungkan kami, tapi NegaraIslam membawa tank dan senjata artileri dari timur. Kami sebelumnya tak melihat mereka menggunakan tank, tapi kemarin kami melihat beberapa tank T-57,” ia menambahkan.