Akhirnya, Siluman Mahal Itu Minum Darah

Akhirnya, Siluman Mahal Itu Minum Darah

raptor2

 

Sebagai satu-satunya pesawat siluman di dunia yang aktif di layanan, F-22 Raptor sesungguhnya masih hijau dalam pengalaman perang. Tak sebanding dengan F-16 yang telah masuk ke sejumlah ladang konflik. Suriah menjadi tempat pertama siluman ini beraksi. Akhirnya siluman mahal itu bertempur dan meminta tumbal darah.
Pesawat jet tempur paling canggih sekaligus termahal yang pernah dimiliki Amerika Serikat akhirnya digunakan untuk perang sesungguhnya pada Senin 22 September lalu, menyerang Suriah bersama pesawat tempur negara-negara Arab. Inilah misi pertama F-22 Raptor yang masuk dinas resmi Angkatan Udara Amerika Serikat sembilan tahun lalu. (Baca:  Alasan kenapa Raptor Dipilih Sebagai Pembuka Serangan ke Suriah)

Program pengadaan F-22 senilai US$67 miliar merupakan yang paling mahal dalam sejarah Departemen Pertahanan Amerika Serikat. F-35 memang jauh lebih mahal, tetapi pesawat ini belum resmi masuk ke layanan. Bahkan belum selesai masa ujinya. F-22 benar-benar menjadi kebanggaan Amerika. Tidak ada satupun negara yang diperbolehkan membelinya. Angkatan Udara sesumbar jet tempur ini tidak akan ada yang membandingi oleh pesawat tempur lain baik yang telah dibuat maupun sedang dibuat.

Biaya pengembangan yang mahal merupakan alasan utama Menteri Pertahanan Amerika kala itu Robert Gates untuk menghentikan produksinya pada akhir 2011, di saat Angkatan Udara sudah menerima 187 pesawat dari Lockheed Martin. Pesawat F-22 pertama masuk dinas aktif pada Desember 2005.

Meskipun Amerika dan negara-negara Eropa seperti Prancis juga menjual pesawat tempur canggih seperti F-16 dan Mirage, ke negara Arab yang memakainya bersama dalam serangan di Suriah itu namun jelas bahwa F-22 yang paling canggih karena mampu menghindari deteksi radar dan meluncurkan peluru kendali jarak jauh. Sebagian besar data kemampuannya termasuk kecepatan terbang maksimal masih dirahasiakan. (Baca:F-22, Hantu Warisan Perang Dingin)

Raptor tak sempat menikmati peran tempur dalam misi pengeboman di Libya pada 2011 lalu karena tugas itu diserahkan oleh F-16 dan F-15. Dalam misi di Suriah, meskipun sasarannya adalah markas Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), namun Amerika mempertimbangkan sistem pertahanan udara militer loyalis Presiden Bashar Assad yang dinilai dalam taraf canggih. Itulah alasan utama kenapa Amerika enggan melakukan serangan udara terhadap Suriah di masa awal pemberontakan di negeri itu seperti yang dilakukan terhadap Moammar Qadafi di Libya. Apalagi Amerika menegaskan tidak memberi tahu Suriah akan rencana serangan tersebut.