Pembatasan terbang terhadap Lockheed Martin F-35 yang belum juga dicabut sepenuhnya menjadikan perkembangan pesawat siluman generasi kelima ini kembali jalan di tempat. Sejumlah uji yang direncanakan oleh Pentagon tidak bisa dijalankan. Terutama pada uji perangkat lunak yang seharusnya sudah selesai pada Juli 2014.
Uji perangkat lunak yang dibuat khusus untuk pesawat Marinir sudah tertunda hingga 5 bulan. Bahkan mungkin akan mundur lebih lama lagi tanpa batas waktu yang belum diketahui. Sebanyak 20 pesawat uji dan 79 jet latih harus digrounded setelah insiden kebakaran mesin pada 23 Juni. Pentagon kemudian mencabut larangan terbang dengan memberlakukan pembatasan jam terbang hanya tiga jam. Beberapa pesawat kemudian diizinkan terbang enam jam beberapa waktu lalu.
“Banyak titik uji tetap diblokir hingga sulit untuk dilakukan karena pembatasan terbang,” keluh Jennifer Elzea, juru bicara Michael Gilmore, Direktur pengujian operasional Pentagon dalam sebuah pernyataan email. “Hal ini dapat menyebabkan penundaan lebih lanjut dalam menyelesaikan” pengujian perangkat lunak, katanya.
F-35 versi Marinir adalah yang paling kompleks dari tiga varian. Britania Raya dan Italia telah berkomitmen untuk membeli versi, F-35B tersebut. Pesawat ini dirancang untuk lepas landas pendek dan pendaratan vertikal pada bidang dan kapal induk.
Software sangat penting untuk memberikan kemampuan yang dijanjikan dari F-35 dan operasi navigasi, komunikasi dan sistem penargetan. Setiap pesawat akan memiliki lebih dari 8 juta baris kode sekali dikerahkan, lebih dari sebelumnya US atau sekutu jet.
Perangkat lunak untuk versi Angkatan Laut yang dikenal sebagai 2B, sedang menjalani verifikasi pada pesawat uji untuk mengkonfirmasi bahwa memenuhi spesifikasi kontrak. Tahap kedua pengujian perangkat lunak yang lebih ketat telah dijadwalkan untuk dimulai pada bulan Oktober, lima bulan kemudian dari yang direncanakan, menurut 17 Juni Pentagon software review yang diperlukan oleh Kongres.
Sumber: star-telegram.com
