
Gambar di sejumlah situs sosial media menunjukkan bahwa Irak telah memperoleh senjata baru dalam memerangi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yakni TOS-1A. Sebuah peluncur multi roket buatan Rusia. Dilaporkan tahun lalu bahwa Rusia sepakat memasok senjata tersebut dan mereka tampaknya telah disampaikan sejak pekan terakhir Juli 2014.
Senjata ini pertama digunakan oleh Rusia ketika melawan Mujahidin Afghanistan pada 1980-an, namun dirahasiakan sampai tahun 1990-an. TOS-1A berdasarkan tangki chassis T-72 dan membawa 24 roket terarah 220 milimeter dengan kisaran 6 km. Setiap roket dapat membawa 100 kg bahan bakar udara peledak (thermobaric) hulu ledak dan ke-24 roket dapat salvoed di 12 detik, menempatkan 2,4 ton FAE downrange.
Dilihat dari ukurannya, sistem ini jarak pendek. Ukuran dan kurangnya bimbingan membuatnya tidak efektif dalam perang manuver, dan FAE tidak terlalu berguna melawan target yang tersebar luas. Dulunya target aslinya adalah Mujahidin Afghanistan yang kebanyakan tinggal di gua-gua dan bunker darurat.
TOS-1A adalah senjata utama dalam pertempuran Grozny tahun 1999-2000. Dan saat ini akan digunakan Irak sebagai benteng untuk pertempuran melawan ISIS. Senjata ini cocok untuk perang kota dan akan menjadi senjata yang ideal jika bertujuan menghancurkan kekuatan di terowongan kota dan bunker. Hulu ledak menghasilkan gelombang ledakan kuat dengan tekanan puncak hampir 30 kali tekanan atmosfer dan suhu setinggi 3. 000 derajat. C. Efek menyebarkan melalui bunker yang tidak tertutup rapat.
Sebuah laporan Angkatan Darat AS mencatat bahwa pelindung tubuh memberikan sedikit perlindungan terhadap panas dan overpressure. Di luar zona ledakan langsung, di mana korban tewas seketika, gelombang ledakan mungkin menyebabkan luka dalam, terutama di interface cairan / tubuh seperti paru-paru dan usus, yang tidak dapat dengan mudah didiagnosis atau distabilkan oleh petugas medis tempur.
Sumber: aviationweek