
Meski pelan, program pengembangan pesawat generasi kelima KF-X oleh Korea Selatan dan Indonesia terus bergerak maju. Dipastikan pesawat tempur tersebut akan menggunakan dua mesin. Keputusan ini diambil setelah Angkatan bersenjata Korea Selatan menolak usulan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk menggunakan mesin tunggal dengan alasan biaya dan teknis.
Dengan mesin ganda memang program ini akan lebih sulit dan ambisius. Tetapi diyakini untuk masa depan akan lebih baik. Jaminan keamanan pesawat jauh lebih baik dibandingkan dengan mesin tunggal.Dengan keputusan menggunakan mesin ganda maka dipastikan biaya akan naik.
Selain itu, keputusan yang diambil adalah memastikan bahwa pesawat yang dibangin ini tidak jauh lebih kecil dibandingkan F-35. Tentunya agar pesawat itu bisa bersaing dengan pesawtaan buatan Lockheed Martin tersebut.
Para kepala staf gabungan mengatakan pada 18 Juli bahwa keputusan KF-X harus menggunakan dua mesin diambil setelah melalui diskusi panjang berbagai pihak. Sebelumnya KAI tahun lalu mengusulkan desain bermesin tunggal.
Studi inimenemukan bahwapesawatdua mesin akan lebih memenuhi persyaratanefektivitas operasional, meningkatkanpotensi manfaatdan industri. Desainbermesin tunggalakan menjadilebih murahdan lebih cepat untuk berkembang.
Dengan keputusan ini Kementerian Pertahanan Korea Selatan juga harus segera melakukan lobi dengan Indonesia dan Lockheed Martin. Setelah itu memilih kontraktor utama, yang hampir pasti adalah KAI, karena memiliki pengalaman dalam pengembangan pesawat tempur.
Indonesia dalam kesepakatan membayar 20% dari biaya pra-pembangunan dan diharapkan untuk mengambil bagian yang sama dari pengembangan penuh. Selanjutnya 20% harus ditanggung oleh industri, termasuk Lockheed Martin, yang sepakat untuk mendukung KF-X dengan imbalan Korea Selatan tahun lalu memilih F-35A. (Baca: Menunggu F-33, Pesawat Siluman Indonesia)
Sumber: aviationweek
Comments are closed.