Indonesia akan segera mulai menerima F-16 C/D 52ID hibah dari Amerika. Sebanyak 24 unit pesawat tempur itu akan melengkapi jajaran kekuatan TNI Angkatan Udara. Pertanyaannya, apakah pesawat itu mampu untuk bersaing atau bahkan melebihi pesawat kelas lain yang sudah ada di Indonesia maupun di negara tetangga?
Fighting Falcon Block 50/52 selalu diasosiasikan sebagai varian pertama F-16 yang bisa mengakomodasi satu set dari dua Tanks Konform Fuel (CFT) yang melekat pada yang kanan-sisi dan port-side pesawat untuk memperpanjang jangkauan. Dan inilah yang harus dilakukan Indonesia untuk melengkapi burung tempur itu.
F-16 digambarkan sebagai truk bom karena kemampuan luar biasa dalam mengangkut senjata. Tetapi kendala paling nyata adalah daya jangkau yang terbatas. F-16 harus mengakui dalam soal jangkauan dan daya tahan masih berada di bawah keluarga Sukhoi baik Su-27, Su-30 atau Su-35. Padahal pesawat-pesawat ini juga telah menjadi alat tempur yang populer di negara-negara ASEAN termasuk Vietnam, Malaysia dan Vietnam.
F-16 Indonesia sepertinya mutlak dipasang CFT apalagi Indonesia sebagai negara kepulauan yang sangat luas. Pesawat ini harus mampu terbang jauh untuk melakukan pengawasan ataupun pencegatan. Jika tidak maka pesawat ini akan kesulitan mengimbangi Flanker yang saat ini dmenjadi bagian dari Skadron 11. Bahkan kalau ingat pada 2012 Flankers bisa terbang selama penyebaran ke Australia untuk berpartisipasi dalam latihan udara multi-nasional, Ex pitch Black 2012.
Apalagi juga harus diakui TNI AU masih mengalami keterbatasan soal armada pengisian bahan bakar di udara membuat penting bagi TNI-AU Blok 52 ID untuk memiliki kemampuan CFT. Kemampuan ini telah dimiliki F-16 milik Singapura.
Sementara Malaysia, sepertinya keputusan yang akan datang apakah akan memilih Eurofighter Typhoon atau JAS-39 Gripen guna menggantikan Mig-29N / inti Fulcrum akhirnya akan menentukan apakah RMAF juga akan memiliki kemampuan yang CFT di masa depan.