
Departemen Pertahanan Australia merilis hasil penelitian dampak lingkungan rancangan operasi penerbangan F-35A Lightning II. Analisa dibandingkan dengan dampak yang dimunculkan oleh F / A-18A / B Hornet yang saat ini dimiliki negara tersebut.
Komandan Air Combat Jenderal Tony Grady mengatakan dokumen-dokumen tersebut merupakan studi yang paling komprehensif yang dilakukan Daperteman Pertahanan.
Pesawat generasi kelima akan beroperasi dari Pangkalan Udara Australia Williamtown di New South Wales dan Tindal di Wilayah Utara. Pesawat ini akan melakukan pelatihan di pangkalan Darwin, Pearce, Amberley, Townsville dan Edinburgh. F-35 pertama akan dikirim pada akhir 2018 dengan seluruh armada direncanakan akan diberikan pada tahun 2022.
Dalam penelitian dampak lingkungan dikupas tentang penggunaan lahan, pemetaan kebisingan, kualitas udara, bahaya dan risiko udara serta kualitas air. Pemerintah Australia berencana untuk berinvestasi sekitar $ 1,5 miliar untuk pembangunan fasilitas dan infrastruktur baru di Pangkalan Williamtown dan Tindal. “Kesepakatan rancangan pernyataan dengan efek F-35A di penggunaan lahan, pemetaan kebisingan, kualitas udara, bahaya udara dan risiko, dan kualitas air.”
Hasil dari penelitian itu menyebutkan pesawat F-35 akan menghasilkan lebih sedikit emisi untuk semua polutan kecuali nitrogen oksida dan sulfur dioksida pada semua basis dibanding F / A-18A / B Hornet. Meski ada peningkatan gas di lingkungan tetapi masih di bawah batas normal.
“Dibandingkan dengan operasi terbang F / A-18A / B Hornet, F-35A tidak akan mengakibatkan perubahan risiko kepada orang-orang, properti dan lingkungan dalam kaitannya dengan kecelakaan pesawat dan insiden di semua basis RAAF kecuali RAAF Basis Williamtown,” demikian salah satu kesimpulan dari penelitian tersebut. Di Williamtown, jam terbang total F-35A akan meningkat sebesar 43% dibandingkan F / A-18A / B Hornet.
Sumber: airforce-technology