PBB pada Rabu 16 Juli 2014 meningkatkan sanksi terhadap Rusia sehubungan dengan krisis Ukraina, dengan membidik sektor perusahaan keuangan, energi dan senjata Rusia. Apa kata Rusia? Presiden Putin menyebut hal ini akan memunculkan kerusakan serius terhadap hubungan Rusia-Amerika.
“Sanksi ini penting, tapi sanksi tersebut juga membidik, yang dirancang untuk memiliki dampak maksimal atas Rusia dan pada saat yang sama membatasi dampak rembesan atas perusahaan Amerika atau mereka yang menjadi sekutu kami,” kata Presiden AS Barack Obama di dalam pidato di Gedung Putih pada Rabu 16 Juli.
Sanksi itu melarang warga negara Amerika menyediakan keuangan baru buat Gazprombank OAO dan VEB, dua lembaga utama keuangan Rusia, dan perusahaan energi OAO Novatek dan Rosneft, serta membatasi akses mereka ke pasar modal AS.
Amerika Serikat juga membidik delapan perusahaan senjata Rusia, yang bertanggung jawab atas produksi sejumlah barang yang meliputi senjata ringan, bom mortir, dan tank, serta Feodosiya Enterprises, instalasi utama pelayaran di Semenanjung Krimea.
Di antara individu yang dikenai sanksi adalan empat pejabat Pemerintah Rusia, termasuk Sergey Beseda, pejabat senior Dinas Keamanan Federal Rusia. Dengan menjatuhkan sanksi atas lembaga di dalam lembaga keuangan dan sektor energi, AS telah meningkatkan tebusan dari pengucilan ekonomi bagi perusahaan penting Rusia yang menilai akses mereka ke sumber keuangan jangka-menengah dan jangka-panjang AS, kata pernyataan itu.
Presiden Rusia Vladimir Putin Kamis 17 Juli memperingatkan bahwa pengetatan sanksi Washington terhadap negaranya akan menjadi bumerang dan merugikan kepentingan nasional AS sendiri. “Tanpa ada keraguan dalam kasus ini (sanksi) membawa hubungan Rusia-AS menuju titik akhir, (dan) menyebabkan kerusakan serius bagi mereka,” kata Putin seperti dikutip kantor berita ITAR TASS saat mengunjungi Brasil. “Dan saya yakin bahwa ini akan merugikan kepentingan jangka panjang nasional Amerika serta rakyat Amerika,” kata Putin.
Putin yang tengah berada dalam kunjungan enam hari ke Amerika Latin menunjukkan muka berani dan mengindikasikan bahwa Moskow butuh waktu untuk menakar kemungkinan kerugian sebelum memberikan tanggapan. “Seseorang harus melihat apa sanksi itu, untuk lebih memperjelas, tanpa terburu-buru, dengan tenang,” katanya seperti dikutip ITAR TASS.
Para pejabat AS, katanya, melakukan “kebijakan luar negeri yang agak agresif dan agak tidak profesional untuk hal tersebut, menurut pendapat saya.” Pada saat yang sama, ia mengungkapkan harapan akan kembalinya akal sehat dan kedua negara bisa memecahkan semua masalah secara diplomatis.