Boeing Hadapi Persaingan Hidup-Mati

Boeing Hadapi Persaingan Hidup-Mati

EA-18G_Growler_VX-9_from_below_2008Boeing Defense, Space and Security berjuang keras untuk terus memperluas pasar internasional mereka dalam perdagangan senjata. Hal ini karena pasar dalam negeri terus mengalami penurunan. Mengikuti pameran kedirgantaraan seperti Farnborough Air Show menjadi andalan Boeing untuk menjaring pasar.

Neraca pasar internasional Boeing memang mengalami pertumbuhan signifikan. Jika enam tahun lalu 93% penjualan Boeing didapat drai Amerika dan sisanya dari luar Amerika saat ini angka penjualan luar negeri sudah menyentuh pada kisaran 28-29% dari total pendapatan yang mencapai 71 miliar Dollar Amerika.

Kecenderungan itu yang coba ditingkatkan atau setidaknya dipertahankan Boeing. Pendapatan perusahaan tersebut diperkirakan akan turun pada 2009 seiring pemotongan anggaran Amerika. Jadi, di masa mendatang, jalan menuju pertumbuhan pendapatan untuk kontraktor pertahanan AS di pasar internasional. “Saya pikir ada terus menjadi rebalancing kebutuhan sosial dan pertahanan, ruang dan kebutuhan keamanan di seluruh dunia. Dan kami melihat pasar yang luas di internasional,” kata Christopher Chadwick, Wakil Presiden Boeing Defense and Security.

Boeing saat ini telah membuka pasar India dan memenangkan blockbuster F-15 di Arab Saudi. Mereka juga menumbuhkan basis pelanggan global untuk C-17. Diharapkan pasar ini mampu menutup penurunan penjualan dari Amerika yang tinggal 2 miliar dollar dan akan dihapus pada masa depan. Pengurangan ini jelas akan menggoncang keuangan Boeing hingga pabrik C-17 di Long Beach, California akan ditutup pada 12 bulan ke depan.

Dalam dekade terakhir, Boeing benar-benar terdampak dari program Joing Strike Fighter. Sebagian anggaran Amerika dimasukkan untuk belanja pesawat siluman produksi Lockheed Martin
Boing Defence tidak lagi berharap bisa memenangkan proyek ambisius. Bahkan untuk program pengembangan bomber jarak jauh Boeing memilih untuk bekerjasama dengan Lockheed. Tidak bekerja sendiri. Boeing juga bermitra dengan Sikorsky untuk mengembangkan helikopter militer masa depan – SB-1 Defiant. “Ketika Anda bergerak maju Anda akan melihat kemitraan ini,” kata Chadwick

Untuk program produksi, BDS menghadapi beberapa tantangan mencolok. Kematian dari C-17 line yang menunggu waktu bisa menjadi sebuah pertanda. Di St Louis, warisan McDonnell juga menghadapi kepunahan.

Ada secercah harapan untuk memperpanjang garis produksi F-15 tahun lalu juga padam setelah Korea Selatan membatalkan kontrak Silent Eagle. Sekarang yang menjadi tumpuan adalah kontrak Angkatan Udara Arab.
Kondisi tidak terlalu baik juga dialami F/A-18 Super Hornets dan EA-18G Growlers. Tahun lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat mengajukan proposal untuk mengakuisisi hingga 36 EA-18G pada tahun fiskal 2015. Tetapi apa boleh buat, kongres akhirnya hanya menyetujui 12 unit saja. Tetapi setidaknya 12 unit ini bisa memperpanjang napas mereka sampai 2016.

Super Hornet juga harus meradang karena kehilangan dua penawaran internasional yakni di India dan Brasil. Sementara pasar Kanda dan Denmark sepertinya akan direbut oleh F-35.

Boeing sudah telah mendapatkan pesanan pasti dari India untuk P-8I dan komitmen dari Australia untuk patroli maritim dan pesawat anti-kapal selam. KC-46A kini memasuki tahap di mana ia juga bisa bersaing untuk transaksi internasional. Tetapi harus diakui Airbus A330 telah memonopoli pasar tanker. KC-46A kini menantang di pasar yang kuat di Korea Selatan dan Jepang.

 

Sumber: flightglobal