More

    Lindungilah dari Quick Count Yang Terkutuk

    on

    |

    views

    and

    comments

    Ruang perdebatan Angkringan Pakdhe Harjo lumayan hangat. Sedari tadi beberapa orang yang duduk di daerah remang-remang itu tampak saling lempar argumentasi. Saling bantah, saling kelit dan saling serang. Pastilah soal siapa yang akan menjadi presiden menggantikan SBY menjadi topik yang mengharu-biru ruang masyarakat kaum bawah itu.

    Tampaknya orang-orang tersebut sudah ketularan virus politisi dan pengamat politik yang akhir-akhir ini begitu gencar menyerbu ruang publik dengan pendapat, argumentasi, serangan dan caci-maki melalui media.

    Untungnya, orang-orang di Angkringan itu memiliki kedewasaan politik yang cukup baik. Kalau tidak, barangkali gelas-gelas yang ada di tempat tersebut sudah melayang ke mana-mana. Bahkan ujung dari perdebatan tersebut adalah tertawa terkekeh-kekeh.

    ”Yang paling bener sekarang ini kalian diam. Tidak usah banyak ngomong, tunggu sampai 22 Juli. Selesai,” Pakdhe Harjo akhirnya memutuskan untuk menghentikan perdebatan para tamunya itu. Sambil beranjak berdiri mengambil gelas yang sudah tidak terpakai dan membuang sisa bungkus nasi kucing laki-laki itu berujar kembali. ”Kalian mau berdebat sampai njengking tidak ada ujungnya. Tidak ada titik temunya.”

    Orang-orang yang ada di tempat itu terdiam. ”Bagaimana mau ketemu kalau semua orang merasa paling menang. Bagaimana mau ketemu kalau semua orang merasa paling benar. Paling pinter, paling tepat, paling segala-galanya. Sampai kiamat ra bakalan ketemu,” lanjut Pakdhe Harjo sambil kembali duduk di kursinya.

    ”Lha tapi aneh kok Dhe, masa urung-urung wis menyatakan menang,” seloroh Rukijo.

    ”Karena hitungan cepat dia menang,” serobot Noyo.

    ”Tapi yang lain juga menang di hitungan cepat” Rukijo menjawab

    ”Tapi lembaganya gak……” belum selesai Noyo berkata sudah diserobot Rukijo. ”Enggak apa?? Enggak kredibel? Ya kalau Cuma nuduh aku juga bisa mengatakan lembaga yang di pihak lain juga tidak kredibel.”

    ”Ealah, mulai lagi debatnya,” Pakdhe Harjo hanya geleng-geleng kepala saja melihat instruksinya tidak dijalankan oleh kedua orang tersebut.

    ”Kalau terus berdebat kemudian bersitegang dan saling serang macam begitu berarti kalian sudah masuk perangkap,” Mendengar pernyataan Pakdhe Harjo Noyo dan Rukijo kembali terdiam dan memandang ke arah laki-laki yang sebagian rambutnya sudah memutih itu.

    ”Maksudnya??” hampir bersamaan keduanya bertanya.

    ”Lha iya, mau tidak mau harus diakui sekarang orang-orang sedang berjuang meyakinkan ke rakyat bahwa dirinya yang sudah menang. Melalui apa yang disebut kuik koun (quick count). Semua sudah yakin jagonya yang jadi presiden. Bayangkan kalau kemudian nanti keputusan KPU berbeda dengan keyakinannya. Apa yang terjadi? ” Pakdhe Harjo terdiam. Menunggu kalau-kalau ada yang menjawab pertanyaannya. Tetapi ternyata semua diam hingga kemudian Pakdhe Harjo malanjutkan kalimatnya sendiri. ”Pasti banyak yang kecewa kan. Bayangkan kalau kamu yakin mendapatkan uang satu juta misalnya. Ini misalnya, sudah yakin akan mendapatkan uang itu tetapi tiba-tiba dibatalkan. Kecewa kan? Kalau kecewa tetapi kemudian legawa tidak masalah. Persoalane banyak orang kecewa yang tidak mau menerima kenyataannya. Dan pada kondisi kecewa orang itu kaya api kecil,”

    ”Api kecil piye meneh kui maksudte,” seloroh Rukijo.

    ”Api kecil kui maksudte sangat gampang dihasut dan diprovokasi. Digesek sedikit saja langsung bulll kobong. Apalagi nanti kalau ada yang menyiram bensin. Sekarang bayangkan kalau nanti Pak Jokowi kalah, maka ada puluhaan juta orang yang sudah yakin menjadi kecewa secara tiba-tiba. Kalau Pak Prabowo yang kalah puluhan juta orang juga akan mengalami hal yang sama. Dari sekian itu ada satu juta orang saja yang bisa diprovokasi, entek negaramu. Dadi karang abang.”

    ”Wah aja meden-medeni sampeyan Dhe. Namanya itu memprovokasi juga,” timpal Noyo.

    ”Aku tidak memprovokasi. Cuma mengingatkan betapa bahayanya jika sekarang ini kita dipaksa meyakini sesuatu yang belum pasti benar. Kita diperkosa oleh pernyataan orang-orang untuk meyakini dia yang menang. Terus kalau nanti kalah mereka akan mengatakan dicurangi. Dan kita menerima serta manut saja,” ujar Pakdhe Harjo lagi.

    ”Kalau dirasa-rasa yang sampeyan sampaikan itu benar juga Dhe. Sekarang saja sudah pada panas-panasan. Saling sindir, saling olok-olok,” ujar Noyo dengan suara pelan.

    ”Dan apesnya, saling sindir, saling olok-olok bahkan saling maki itu difasilitasi oleh media.” sambung Rukijo.

    ”Dan apesnya lagi, orang-orang macam kita ini banyak yang percaya dan terpengaruh. Makanya kalau kita ini percaya dengan klaim masing-masing itu namanya kita masuk perangkap. Yakinlah, kalau nanti terjadi bentrokan, elite-elite yang suka saling sindir, saling olok saling serang hingga menjadikan suasana panas itu tidak akan bertanggungjawab. Mereka akan lepas tangan. Mereka akan menyalahkan orang-orang yang mengamuk. Mereka tidak akan ditangkap. Tetapi kita yang ngamuk yang akan ditangkap. Sementara orang-orang itu nanti akan sibuk mencari orang yang bisa disalahkan. Entah pemerintah, polisi, KPU, tentara, dan sebagainya. Rakyat lagi yang jadi korban. Apa kita mau seperti itu?” Rukijo dan Noyo hanya manggut-manggut saja.

    ”Sekarang tidak usah lagi percaya dengan yang namanya kuik koun itu tadi. Tidak usah percaya pada siapapun yang mengaku menang. Tunggu nanti tanggal 22 Juli dan semuanya akan jelas,” tegas Pakdhe Harjo lagi.

    Suasana ruang perdebatan Angkringan Pakdhe Harjo mendadak senyap. Orang-orang bawah yang harus membanting tulang untuk memenuhi apa yang disebut ”hidup” itu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Siapa yang peduli mereka? Atau mereka adalah sedikit dari ratusan juta orang di neger ini yang dipaksa peduli dengan capres dan cawapres yang sedang berebut kata ”menang”. ”Semoga kita dilindungi dari quick count yang terkutuk,” ujar Noyo lirih.

     

    ***

    Setelah tulisan ini  keluar di media pada 13 Juli, saya disebut Pro Prabowo-Hatta. Padahal di bagian mana saya yang mendukung juga tidak tahu. Lagi musim sensitif saja kali ya. Karena yang penting adalah jangan pernah yakin pada sesuatu yang belum pasti. Biar tidak kecewa.

     

     

    Share this
    Tags

    Must-read

    Sebagian Misi Kami Melawan Channel Maling Berhasil

    Sekitar 3 tahun Channel JejakTapak di Youtube ada. Misi pertama dari dibuatnya channel tersebut karena banyak naskah dari Jejaktapak.com dicuri oleh para channel militer...

    Rudal Israel dan Houhti Kejar-kejaran di Langit Tel Aviv

    https://www.youtube.com/watch?v=jkIJeT_aR5AKelompok Houthi Yaman secara mengejutkan melakukan serangan rudal balistik ke Israel. Serangan membuat ribuan warga Tel Aviv panic dan berlarian mencari tempat perlindungan. Serangan dilakukan...

    3 Gudang Senjata Besar Rusia Benar-Benar Berantakan

    Serangan drone Ukraina mengakibatkan tiga gudang penyimpanan amunisi Rusia benar-benar rusak parah. Jelas ini sebuah kerugian besar bagi Moskow. Serangan drone Ukraina menyasar dua gudang...

    Recent articles

    More like this