Pentagonsedang mempertimbangkanuntuk member rekomendasi kepada Presiden Barack Obama memberikan izin serangan ke Irak dengan menggunakan drone. Target utamanya adalah pemimpin militant Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) , AbuBakral-Baghdadi,.
Menurut CNN, beberapa pejabat pertahanan telah berbicara panjang lebar tentang kemungkinan tersebut. Yang pasti setiap aksi militer termasuk membunuh al-Baghdadi harus disetujui Obama.
“Dia (al-Baghdadi) adalah orang yang sangat menarik bagi kami,” kata seorang pejabat pertahanan. Jika militer AS merekomendasikan serangan itu, maka sudah ada laporan yang valid tentang keberadaan tokoh yang menjadi target tersebut. Sumber intelijen kemungkinan besar sudah mendapatkan secara rinci lokasi, kegiatan serta berbagai hal yang menyangkut Baghdadi.
Al-Baghdadi telah masuk daftar buruan AS. Negara ini telah menyiapkan hadiah 10 juta Dollar Amerika bagi siapapun yang bisa membunuhnya. Pekan lalu, al-Baghdadi membuat penampilan yang sangat umum di sebuah masjid terkemuka di Irak utara. Saksi mata mengatakan ia melaju ke masjid dalam sebuah konvoi besar dan tetap dikelilingi oleh warga sipil.
Namun para pejabat AS mengatakan menangkap al-Baghdadi akan sulit karena militer AS tidak memiliki pasukan tempur di lapangan baik Irak atau Syria, di mana al-Baghdadi dan ISIS beroperasi. Selain itu, setiap misi menangkap rahasia oleh pasukan khusus AS atau penegakan hukum di Irak dapat dilihat sebagai melanggar kedaulatan Irak, meskipun misi tersebut tetap mungkin.
Amerika dikabarkan memang telah membuat daftar target bernilai tinggi di Irak. Pihak intelijen terus mengumpulkan data-data tentang orang-orang tersebut. Salah satunya Baghdadi. Bahkan pejabat AS mengaku pihaknya telah melakukan penyadapan terhadap sejumlah orang. Dalam beberapa hari terakhir militer AS telah kembali meningkat misi pengintaian melalui Irak. Juru Bicara Pentagon John Kirby menyebut saat ini setidaknya 50 misi penerbangan mata-mata sudah dilakukan di Irak.
Irak sudah berulang kali meminta AS melakukan serangan udara. Tetapi permintaan itu selalu ditolak meski sudah ada kapal induk dengan puluhan pesawat tempur di kawasan Teluk yang sudah dalam posisi siaga tinggi. AS berdalih serangan udara akan memunculkan risiko salah sasaran. Amerika juga tidak bisa mememenuhi permintaan Irak untuk mempercepat pengiriman F-16 yang sudah dibeli dengan alasan selain karena proses belum selesai, AS justru khawatir senjata itu jatuh ke tangan milisi. Hal inilah yang kemudian mendorong Irak berbalik arah dengan membeli secara cepat sejumlah pesawat Su-25 dari Rusia.
Sumber: www.ktvz.com