Harfang, pesawat tanpa awak Angkatan Udara Perancis (FAF) yang dikendalikan oleh kru dari Perancis Militer Flight Test Centre sukses melakukan pengujian di wilayah Sahel-Sahara. Pesawat ini mampu dikendalikan dari pusat kendali yang ada di Perancis.
Penerbangan ini merupakan pertama dan membuktikan “Reachback” konsep. Dengan waktu penerbangan sekitar satu jam dan menempuh jarak hampir 5.000 km jauhnya.
Kemampuan baru ini memungkinkan ISR (Intelligence, Surveillance, Reconnaissance) mampu dilakukan dengan operator tidak harus meninggalkan negara.
Armada Harfang saat ini terdiri dari empat UAV dan tiga stasiun bumi. Harfang (Bahasa Perancis yang bearti burung hantu salju) adalah Medium Altitude Long Endurance (MALE) yang dikembangkan untuk Angkatan Udara Prancis.
Agen pengadaan senjata Prancis baru-baru ini menandatangani kontrak dengan Airbus Defence and Space and Israel Aerospace Industries (IAI) untuk upgrade armada Harfang serta untuk pemeliharaan hingga akhir 2017.
Harfang didasarkan pada platform IAI Heron, adalah alat tempur untuk misi Intelligence, Surveillance, Akuisisi Target dan Reconnaissance. Dirancang untuk pengintaian dan mendalam operasi pelacakan di medan perang.
Pesawat ini dilengkapi dengan sensor radar dan optronic, yang memastikan bahwa misi dapat dilakukan di segala kondisi cuaca. Berkat kemampuan daya tahan lama, pesawat ini mampu mengirimkan data secara real time untuk struktur komando gabungan nasional dan internasional.
Harfang UAS telah berhasil beroperasi sejak November 2008 di bawah ED 1/33 Belfort dari FAF, yang ditempatkan di Pangkalan Udara Cognac 709. Selama tiga tahun (2009-2012), Harfang ditempatkan di Afghanistan untuk mendukung pasukan perdamaian. Ditempatkan di pangkalan AS di Bagram, Harfang telah melakukan 600 misi dan clock sampai sekitar 5.000 jam terbang. Pada tahun 2011, Harfang juga dikerahkan di pangkalan Sigonella di Italia untuk bergabung dalam operasi Harmattan dilakukan di Libya.
Baru-baru ini, para Harfang UAS telah digunakan dalam beberapa operasi Perancis di wilayah Sahel di Afrika, terutama sejak Januari 2013 dalam Operasi Serval di Mali. Selama nya penyebaran 15-bulan di pangkalan Niamey di Niger, Harfang lebih dari 3.500 jam terbang dalam 250 misi. Pada bulan Februari tahun 2014, Harfang melewati angka 10.000 jam terbang dengan lebih dari 900 misi untuk FAF.
Sumber: defencetalk
Comments are closed