Tidak jelasnya kontrak pengadaan Rafale dengan India, membuat Angkatan Udara negara tersebut menumpukkan kekuataanya pada Sukhoi-30MKI. Pesawat berbobot 25 ton yang NATO menyebutnya dengan Flanker tersebut akan menjadi pembom elit India.
Pada tahun 2012, pesawat generasi 4 + + Rafale keluar sebagai pemenang dalam pengadaan pesawat untuk jangka waktu 10 tahun guna memasok 126 jet tempur ke India Air Force (IAF). Namun, dua tahun kemudian India dan Perancis harus kembali tawar menawar karena harganya ternyata melesat hingga dua kali lipat menjadi 20 juta Dollar Amerika. Kedua pihak ngotot dengan pendapat masing-masing hingga kontrak itu terancam batal. Dan jika hal itu benar terjadi maka kemungkinan hanya akan ada 18 Rafale yang dikirim pada 2016. Sisanya sebanyak 102 tidak jelas nasibnya atau paling tidak harus menunggu kepastian hingga 2018.
Dalam situasi seperti ini maka India sepertinya akan berbalik untuk membeli Flanker. Karena bagaimanapun negara ini tengah dalam kondisi kritis pesawat. MiG-27 dan MiG-27 milik mereka sudah terlalu tua untuk dipertahankan. Bahkan MiG-21 Type 77 – varian tertua yang andalan IAF dalam Indo-Pak War 1971 sudah pensiun pada Januari 2014.
New Indian Express melaporkan dua skuadron Type-96 MiG-21 akan kembali ke peran operasional dari pelatihan dan akan terus melayani sampai 2015. Empat skuadron MiG-27 akan pensiun secara bertahap oleh 2016-2017.
Perluasan basis Flanker juga memberi keuntungan bagi India. Pesawat ini memiliki daya jangkau 3000 km dengan kemampuan terbang 4,5 jam tanpa pengisian bahan bakar. Sebuah kemampuan sempurna untuk sebuah pesawat tempur berat. Selain itu lebih dari 100 Sukhoi akan tersebar di seluruh negeri. Mereka tersebar di pangkalan udara strategis seperti Pune, Maharashtra; Bhuj, Gujarat; Jodhpur, Rajasthan; Bhatinda dan Halwara di Punjab; Sirsa, Haryana; Bareilly, Uttar Pradesh; Kalaikunda dan Hashimara, Benggala Barat; Chabua dan Tezpur, Assam; Thanjavur di Tamil Nadu; dan di Kepulauan Andaman & Nicobar jauh.
Peningkatan aktivitas angkatan laut China di Samudera Hindia juga telah memaksa IAF untuk meningkatkan kemampuan di selatan. Sukhoi, yang akan tiba di Thanjavur pada tahun 2015, akan menjadi hanya beberapa menit terbang jarak dari pelabuhan Sri Lanka Hambantota, di mana Cina telah menunjukkan minat. Sukhoi yang dapat dikonfigurasi untuk menjatuhkan bom nuklir terjun bebas berbasis di Bareilly, Tezpur, Halwara, Pune dan Jodhpur.
Selain itu Sukhoi juga sedang dimodifikasi untuk pengintaian. Sejumlah Su-30MKI sedang bertugas dengan pengawasan strategis di sepanjang perbatasan India-Pakistan. Berbekal polong pengintaian Israel, jet tempur ini memiliki kemampuan untuk melihat hingga 300 km ke wilayah musuh.
Secara resmi, Sukhoi-30 MKI armada India saat ini dipatok di 272 (termasuk pesawat di bawah perintah) namun jumlah tersebut akan meningkat. “Pesawat ini akan menjadi high end dari kekuatan udara India, dan dapat diharapkan untuk tetap berlaku hingga 2030, dan kompetitif dengan atau lebih unggul jet tempur Eropa dan Amerika,” kata Defense Industry Daily.
Sebenarnya alasan utama untuk memilih Rafale adalah untuk mengurangi ketergantungan pada satu negara penjual. Saat ini, Rusia memasok lebih dari 70 persen dari kebutuhan pertahanan India. Tujuan lainnya adalah untuk memperoleh teknologi rangkaian lengkap dari sebuah pesawat modern untuk produksi lokal. Namun ternyata India kembali ke Rusia juga.
Sumber: in.rbth.com
Comments are closed