Pesawat Tempur Negara Berkembang Bisa Menggedor Amerika & Eropa

Pesawat Tempur Negara Berkembang Bisa Menggedor Amerika & Eropa

Tejas produksi India akan menjadi "pengganggu" bagi pasar Eropa dan Amerika
Tejas produksi India akan menjadi “pengganggu” bagi pasar Eropa dan Amerika

Tingginya biaya untuk mengaukuisi sebuah pesawat tempur, negara-negara berkembang memilih untuk memulai program pembuatan pesawat sendiri. Dan ini akan menjadi tantangan serius bagi Amerika, Rusia dan Eropa yang selama ini menjadi kiblat pembelian pesawat di dunia.

Turki, Korea Selatan, India, China dan Pakistan sudah bergerak jauh dalam produksi pesawat tempur. Mereka mengklaim mampu membuat pesawat yang lebih murah. Meski teknologinya harus diakui masih lebih di bawah tetapi tingkat kemampuan tempurnya sudah dianggap cukup untuk pasukan udara mereka.

Yang harus dikhawatirkan oleh produsen pesawat seperti Lockheed Martin, Boeing, Eurofighter, Dassault dan Saab adalah bahwa beberapa produsen pesawat tempur dari negara-negara berkembang mulai melirik pasar ekspor untuk pesawat tempur yang relative murah tersebut. Secara momentum mereka memang tepat karena banyak negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan masuk pada waktu di mana mereka harus mengganti pesawat-pesawat era Perang Vietnam seperti F-5, Mirage F-1 dan MiG-21 dengan pesawat yang lebih modern.
Proyek KFX Korea Selatan juga bisa menjadi masalah bagi Amerika dan Eropa. Proyek ini berambisi untuk melahirkan pesawat tempur sekelas F-16 dan dijadwalkan bisa membuahkan hasil pada 2023 dan menyebarkan 120 unit selama beberapa tahun berikutnya.

KFX dapat membuktikan bahwa negara-negara yang lebih kecil, ketika menggabungkan dana dan sumber daya, dapat menghasilkan pesawat generasi kelima dekat yang mendekati kemampuan tempur yang diproduksi oleh negara-negara dengan sumber daya yang jauh lebih besar, seperti Amerika Serikat, Rusia dan China. Tidak mustahil jika nanti KFX sudah selesai maka akan menarik negara-negara dengan ekonomi cekak untuk meliriknya. Karena bagai mereka memiliki F-35 seperti sebuah mimpi karena mahalnya alat tempur siluman tersebut.

“Bukan tidak mungkin kemudian negara-negara yang tidak terlalu kaya itu kemudian memilih KFX,” kata Richard Weitz, Direktur Pusat Analisis Politik-Militer di Hudson Institute seperti dikutip New York Times beberapa waktu lalu.
Jepang, yang industri militernya tumpul setelah Perang Dunia II juga sedang mencoba untuk mendapatkan kembali kegarangannya di bisnis pertahanan global. Mitsubishi ATD-X Shinshin yang dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Jepang Research & Development Technical Institute akan menjadi jet tempur yang segera mereka produksi. Pesawat dengan membawa teknologi canggih hingga diyakini mampu bersaing dengan para rivalnya dari Barat.

Tidak cukup sampai batas itu. Pesawat tempur ini juga dikembangkan sebagai pesawat yang membawa gen generasi kelima. Artinya, pesawat tersebut masih memiliki peluang pengembangan yang sangat jauh. Jepang berencana untuk menggantikan armada F-4 dan F-15 yang sudah sepuh dengan pesawat ini.

China, bukan hal yang baru negara ini menggedor langit dengan berbagai produk pesawat tempur mereka. Harga yang ditawarkan juga sangat jauh dari pesawat produksi barat atau Rusia. China mengklaim bahwa J-10 produksi mereka dijual dengan harga kurang dari US $ 40 juta. Bandingkan dengan F-16, pesawat sekelas yang dibanderol dengan US $ 65 juta. FC-1 jet tempur, K-8 jet latih dan pesawat serang ringan yang dihasilkan dari penelitian bersama dan desain antara China dan Pakistan pun juga siap merebut pasar dengan harga miring..
Myanmar mulai melirik dengan dikabarkan ingin mendapat lisensi untuk memproduksi pesawat J-17 Thunder (FC-1 Xiaolong). Jika laporan itu akurat, itu akan membuat Myanmar pembeli asing pertama dari jet ini. JF-17 adalah pesawat tempur ringan dengan mesin tunggal dan memiliki sifat multi-peran yang dikembangkan bersama oleh China dan Pakistan.
Harga patokan ekspor untuk JF-17 Block I adalah $ 20 juta dan Blok 2 menjadi $ 25 juta. Angkatan Udara Pakistan adalah operator tunggal dari JF-17 dengan 54 pesawat operasional termasuk 6 prototipe. Pakistan adalah pembeli yang paling mungkin untuk J-31, pada saat ini mengikuti pekerjaan pembangunan di JF-17 Thunder.

J-31 adalah pesawat bermesin ganda yang disebut-sebut penghubung generasi keempat dan keilima. Pesawat dilengkapi dengan mesin RD-93 buatan Rusia.

Turki juga mulai masuk dalam proyek TF-X akan terbang pada 2023. Mereka sudah memilih-milih tiga mesin yang ada untuk pesawat yang akan mereka produksi. Pesawat ini nanti akan menjadi pendamping dari F-35 yang dibeli dari Amerika. Alasannya adalah F-35 memiliki kelemahan yang harus ditutup oleh pesawat lain. Meski juga ada yang mengatakan Turki tetap memproduksi pesawat sendiri karena biaya untuk membeli F-35 dalam jumlah yang banyak tidak akan mampu mereka tanggung. Pesawat produksi mereka ini nanti akan menggantikan armada F-16.India juga menggebrak dunia pesawat tempur dengan Tejas. Bahkan negara ini menyatakan siap mengekspor pesawat tersebut kepada negara-negara yang besahabat.

Dengan kondisi semacam itu maka pasca 2020 pasar pesawat tempur akan cukup ramai. Eropa, Amerika dan Rusia sepertinya harus berpikir ulang. Terutama dalam harga jika ingin tetap kompetitif dan menjadi pilihan banyak negara.