Boeing tengah merumuskan konsep untuk varian hybrid dari F/A-18E/F Super Hornet yang dilengkapi dengan kemampuan deteksi sinyal elektronik dari EA-18G Growler. Hal ini sebagai upaya untuk mengupgrade kemampuan pesawat yang saat ini masih menjadi tulang punggung Angkatan Udara Amerika Serikat tersebut,
Upgrade ini nanti lebih merupakan perkawinan dua penguasa langit tersebut. Pesawat yang dihasilkan akan menyerupai E/A-18G yang tidak memiliki ALQ-99 jamming serangan elektronik, mempertahankan ALQ-218 dan menambahkan senjata yang saat ini digendong F/A-18E/F.
“Hybrid itu hanya dimulai dengan gagasan sederhana mengambil suite sensor dari Growler dan memindahkannya ke platform serang yang dan kemudian Anda tumbuh platform yang mengambil keuntungan dari fakta bahwa Anda sekarang dapat melihat siapa saja yang memancarkan,” kata wakil presiden Boeing Mike Gibbons.
Peningkatan kemampuan akan terlihat di pencarian dan sensor infra merah yang lebih jauh mode pelacakan udara-ke-udara baru.
Gibbons baru-baru ini mengambil alih Boeing F-15 namun sebelumnya memimpin program F/A-18E/F dan EA-18G.
Gibbons kedua program di St Louis, Missouri pada tanggal 24 Juni, konsep hybrid Super Hornet / Growler akan dapat memperluas produksi lini gabungan selama beberapa tahun meskipun backlog saat ini habis pada akhir 2016.
Oktober lalu, Angkatan Laut Amerika Serikat merilis sebuah dokumen rencana untuk membeli hingga 36 E/A-18G. Namun dokumen itu kemudian ditarik lagi. Namun kemudian ternyata pesanan untuk 22 lebih masuk daftar keinginan prioritas yang dikirim ke Kongres untuk Fiskal 2015. Kongres telah memenuhi permintaan angkatan laut tetapi hanya untuk 12 E / A-18G. Jika pesanana ini nanti berarti menjaga garis perakitan Boeing pada tingkat optimal sampai akhir 2016.
Sementara F/A-18E/F baru-baru ini telah gagal merebut kontrak di sejumlah negara seperti India dan Brazil. Tetapi Gibbons tetap optimis bahwa Boeing dapat menarik pesanan baru hingga produksi pesawat ini bisa sampai 2020.