
Milisi Libya mencuri ratusan senjata otomatis Amerika di sebuah tempat di Libya. Pencurian ini sekaligus menghentikan sebuah proyek rahasia Amerika di negara tersebut.
Dilaporkan New York Time, 28 Mei 2014, pasukan elite Amerika Serikat ternyata secara diam-diam melatih pasukan setempat guna membentuk unit kontraterorisme lokal di Libya. Bukan hanya untuk negara Libya,program rahasia ini juga diperuntukkan untuk Mauritania , Nigeria dan Mali. Upaya ini sebagai langkah Amerika memperluas perang melawan Al -Qaeda di Afrika
Mengutip sejumlah pejabat Amerika, New York Times melaporkan program ini dibiayai jutaan dolar oleh Pentagon secara rahasia. Pasukan komando di empat negara ini diharapkan akan menjadi pasukan yang mengambil alih penumpasan kelompok yang dianggap masuk jaringan terorisme.
Tapi ternyata rencana itu menemui masalah terutama di Libya. Program perlatihan tiba-tiba dipangkas dan dihentikan pada Agustus 2013 lalu. Penyebabnya karena sekelompok pejuang milisi bersenjata mampu memukul mundur pasukan penjaga Libya di sebuah kamp pelatihan di luar Ibukota Tripoli. Tidak hanya itu para pejuang juga mencuri ratusan senjata dan perlengkapan militer seperti kacamata malam, kendaraan. Setelah kejadian itu para instruktur dari Amerika segera ditarik pulang. Amerika tengah mencari tempat aman untuk memulai program itu lagi.
“Tapi bencana yang terjadi pada musim panas lalu dan pergolakan politik di Libya sejak itu telah menyebabkan para pejabat Amerika untuk memikirkan kembali bagaimana mereka memilih personel lokal , ” kata Times.
Dilaporkan para instruktur telah memberi pasukan Libya senjata otomatis M4 dan pistol Glock untuk menjaga gudang senjata. Tapi mereka tak mampu melawan serangan milisi hingga kemudian seluruh senjata di gudang tersebut dibawa penyarang. Saat kejadian para instruktur tidak sedang di kamp pelatihan karena di luar jam latihan mereka tinggal di villa yang tidak jauh dari kamp. Hingga dicurigai ada keterlibatan orang dalam dalam kejadian tersebut.
Sementara program serupa di Mali juga gagal karena kondisi politik di negara tersebut. Pemerintah sipil setempat tengah berjuang untuk pulih dari kudeta. Sedang untuk Nigeria, Times melaporkan Pentagon telah menghabiskan hampir $ 15 juta dan $ 29 juta pada Mauritania.
Comments are closed.