Indonesia mau tak mau harus ikut memasang mata dan bersiaga penuh seiring memanasnya kawasan Laut China Selatan. Dua jenis mesin tempur udara yakni Su-27 dan Su-30 akan disebarkan untuk memantau kawasan tersebut.
Angkatan Udara Indonesia saat ini sedang melakukan upgrade terhadap pangkalan Rinai yang ada di Pulau Riau sehingga dapat digunakan oleh Sukhoi Su – 27 dan Su – 30. Letnan Kolonel Andri Gandy, komandan pangkalan Rinai mengatakan sejumlah pekerjaan telah diselesaikan seperti pemasangan lampu landasan pacu, taxiway dan lampu radar terpadu . TNI – AU juga berencana untuk memperpanjang panjang landasan pacu yang saat ini baru sepanjang 2,5 km.
Fasilitas baru yang juga akan dibangun adalah hanggar di bagian barat pangkalan udara yang mampu untuk menampung satu skadron tempur Sukhoi. Skadron ini nanti akan menjadi rumah gabungan Su – 27SK dan Su – 30MK. Selain itu juga akan bergabung empat helikopter serang AH – 64E Boeing Apache .
Indonesia memandang, penyebaran Sukhoi ke Natuna sebagai bagian dari tujuan Jakarta untuk mengembangkan ‘Minimum Essential Force (MEF)’. Konsep yang diperkenalkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2005, bertujuan untuk mencapai skala minimum kekuatan militer Indonesia dalam menanggapi ancaman strategis.
Indonesia memperluas kehadirannya di daerah yang tidak stabil di Laut Cina Selatan setelah China memunculkan garis putus-putus dalam petanya yang memasukkan Natuna ke wilayahnya. Natuna adalah pulau seluas 2.631 km2
Laut Natuna merupakan salah satu ladang gas terbesar di dunia. Diperkirakan memiliki kandungan 46 triliun ft 3 ( 1,3 triliun m 3 ) gas alam dan kondensat. Garis putus-putus sembilan adalah demarkasi yang digunakan oleh Cina untuk menentukan klaim ke bagian dari Laut Cina Selatan.
