
Dua pesawat Jepang terbang di atas Laut China Timur dintersep (dicegat) Su – 27 Flanker milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China. Inilah kali pertama pertemuan dua jet tempur di tengah situasi tegang kedua negara tersebut.
Menurut Departemen Pertahanan Jepang, Pesawat milik Force Japan Maritime Self- Defense OP – 3C dan YS-11 B milik pasukan Bela Diri dicegat oleh 2 Flanker. Kejadian tersebut terjadi pada Minggu 25 Mei 2014.
Jepang juga mengatakan sehari sebelumnya juga terjadi insiden dua pesawat dari kedua negara saling berdekatan di wilayah yang diklaim China sebagai zona pertahanan udara hingga tidak boleh ada pesawat yang masuk.
Jepang sendiri menolak klaim yang dikeluarkan China akhir 2013 tersebut. Namun China tetap ngotot. Baru setelah Amerika Serikat mengancam dengan mengirimkan dua bomber B-52 China mulai melunak.
Namun sikap itu kembali mengeras ketika pada Sabtu 24 Mei 2014 sepasang Su – 27 China terbang dalam radius 100 meter dari YS – 11. Pesawat baling-balin pengintai milik Jepang. Sebelumnya dua Su-27 juga terbang 150 meter dari P – 3C, pesawat pengintai lain milik Jepang. Jepang mengklaim jet tempur milik China itu dilengkapi dengan rudal yang menunjukkan mereka siap tempur.
Pencegatan ini menjadi sinyal berbahaya yang menunjukkan ekskalasi dan perang syaraf antara China dan Jepang. Konflik ini dipicu saling klaim wilayah kedua negara. Kapal-kapal Jepang yang mengawal Pantai Timur terus berpatroli dan mengklaim setidaknya sekali dalam dua minggu kapal China mencoba mendekat ke Jepang.
Departemen Pertahanan Nasional China mengakui pesawat mereka telah mendekati pesawat Jepang. Namun mereka tetap mengatakan hal itu bukan sebagai hal yang salah karena mereka terbang di atas zona pertahanan udara China.
China balik mengancam Jepang untuk menghentikan semua pengawasan dan campur tangan di wilayah tersebut. “Jika tidak, Jepang harus menanggung dampak yang akan muncul,” kata kementerian itu .
Comments are closed.