
Malaysia mengkahwatirkan pertumbuhan belanja militer di Asia yang tumbuh gila-gilaan. Hal ini bisa mengarah pada penyelesaian persoalan dengan perang dan mengesampingkan diplomasi. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat memberikan pidato utama pada Konferensi Internasional Masa Depan Asia yang diselenggarakan di Tokyo 22 Mei 2014 menyebutkan pertumbuhan belanja militer di Asia selama 25 tahun terakhir tumbuh hingga 187 persen.
Dia mengatakan bahwa pada tahun 1988 anggaran pertahanan Asia hanya 8 persen dari pengeluaran militer global. Tetapi pada tahun 2012 angka itu meningkat menjadi 20 persen . Dia menegaskan setiap negara memang punya hak untuk membela diri. ” Tapi bagaimanapun tren ini memunculkan kekhawatiran tentang potensi konflik di masa depan. Cepat atau lambat akan terjadi kontak senjata,” katanya.

Dia mengajak semua pihak untuk menahan diri dan tidak menjadikan senjata sebagai kekuatan tekan. Kerja sama diplomatik harus tetap ditekankan sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah. ” Dihadapkan dengan perselisihan yang kompleks antara negara, Asia harus menempatkan kepercayaan dalam solusi diplomatik , ” katanya .
Kawasan Asia memang terus memanas saat ini. Apalagi setelah China kian menekan dalam klaim terorial dengan Vietnam, Malaysia dan Brunei Filipina , serta Taiwan . Beijing telah melakukan reklamasi lahan di Johnson South Reef yang diduga untuk membangun landasan udara. Padahal daerah itu juga diklaim oleh Filipina. China juga telah memulai pengeboran minyak di dekat Kepulauan Paracel yang juga diklaim Vietnam. Ujungnya hal ini memicu protes anti-China di Hanoi dan ditunjukkan dengan mengusir 100 pekerja China dari negara itu. Dua orang juga tewas karena kerusuhan tersebut.